BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
ASTHMA BRONCHIALE
A. Definisi
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara
dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu)
yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan
mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengikik (Professor Jon Ayres,
2003).
Penyakit
asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas yang reversible yang
ditandai dengan bronkospasme, inflamasidan
peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan. Penyakit ini
memiliki tanda dan gejala berupa sesak nafas, batuk – batuk dari ringan sampai
berat dan timbulnya suara mengi (Wheezing) (Suriadi, 2010).
Asthma
adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne, 2010).
Asma
Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 2007).
Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut
sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal
lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten
yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas (Medicafarma, 2008).
Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting
mengenai asma, yaitu :
1.
Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas
2.
Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriks
3.
Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
4.
Bersifat reversibel
B.
Anatomi
Fisiologi
Anatomi
fisiologi menurut FKUI (2006 : 506 – 508)
Organ-
organ Pernafasan Terdiri dari :
a. Hidung
Hidung
adalah saluran udara yang mempunyai dua lubang yang dipisahkan oleh sekat
hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang banyak akan pembuluh darah,dengan
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga
hidung,daerah pernafasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel
berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lendir.
Fungsi hidung terdiri
dari :
1) Bekerja
sebagai saluran udara pernafasan
2) Sebagai
penyaring udara pernafasan yang dilakukan bulu-bulu hidung
3) Dapat
menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4) Membunuh
kuman-kuman yang masuk bersama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat
dalam selaput mukosa atau hidung.
b. Faring(tekak)
Pipa
berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai persambungannya dengan
esophagus pada ketinggian krikoid,tempat persimpangan antara jalan nafas dan
makanan terdapatdibawah dasar tengkorak,dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.
c. Laring
(tenggorokan)
Laring
terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna
vertebra,berjalan dari faring sampai ketinggian vertebral servikalis dan masuk
kedalam trakea dibawahnya,merupakan saluran dan bertingak sebagai pembentukan
suara.
d. Trakheaa
Panjang
trakea sekitar 9-11 cm,dibentuk oleh 16-22 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C.Trakhea dilapisi oleh
selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel cangkit.Sel-sel
bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama udara
pernafasan.
e. Bronkus
Merupakan
lanjutan dari trachea,ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebral
torakalis ke IV dan V.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada
bronkus kiri,terdiri dari 6-8 cincin,mempunyai tiga cabang,bronkus kiri lebih
panjang dan ramping dari bronkus kanan terdiri dari 9-12 cincin mempunyai dua
cabang bronkus,bercabang-cabang,cabang yang kecil disebut bronchioles (bronchioli).Pada
bronchioli tidak tedapat cincin dan pada ujung bronchioles terdapat gelembung
paru satu,gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru
ada dua bagian,merupakan alat pernafasan utama,terletak disebelah kanan dan
kiri serta struktur lainnya yang terletak didalam mediasternum.
Paru-paru
adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apek (puncak) diatas dan muncul
lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher,dikosta 2-9 terdiri dari
gelembung-gelembung alkali ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Terjadi
pertukaran udara,oksigen masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan
dari darah banyaknya alveoli ini sekitar 700.000.000 buah (paru: kiri dan
kanan)di media sternum depan terdapat jantung paru-paru kanan terdapat 3
lobus,yaitu lobus pulmo dextra superior, lobus media dan lobus inferior. Paru-paru
kiri terdiri dari dari pulmo sinistra,lobus superior dan lobus inferior.tiap
lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru
kiri mempunyai 10 segmen 5 segmen pada lobus superior dan 5 buah segmen pada
lobus inferior.Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 segmen pada lobus
superior, 2 buah segmen lobus medialis dan 3 buah segmen pada lobus inferior.
Segmen
ini terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobus ,dalam tiap-tiap
lobus terdapat sebuah bronchioles. Didalam bronkhiolus bercabang-cabang banyak
sekali dan disebut duktus alveolus.
Fungsi
paru-paru sebagai :
1. pertukaran
gas.
2. Proses
difusi dan difusi.
3. Transpor
oksigen.
C. Etiologi
Menurut
Astuti dan Rahmat (2010), asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkhus yang
hiperresponsif terhadap iritan. Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi
tingkat keparahan asma. Berikut merupakan iritan berdasarkan sumbernya :
1. Faktor
Ekstrinsik
Latihan berlebih atau alergi
terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus,
asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama zat yang ditambahkan ke dalam
makanan) dan perubahan cepat suhu ruangan.
2. Faktor
Instrinsik
Sakit, stres, atau fatigue yang
juga mentriger, dan temperatur yang ekstrim.
D. Klasifikasi
Klasifikasi asma (Astuti dan Rahmat, 2010) mencakup empat kategori, antara
lain :
1.
Mild
intermitent (ringan intermiten), dimana kondisi klien asma ringan
yang sebentar.
2.
Mild
persisten, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus atau menetap.
3.
Moderate
persisten, dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus menerus atau menetap.
4.
Severe
persisten, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus menerus atau menetap.
E. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis asthma klasik adalah serangan episodik
batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awalnya serangan sering gejala tidak jelas
seperti rasa berat didada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau
bersin. Meskipun pada awalnya disertai batuk tanpa sekret, tetapi pada
perkembagan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukaoid,
putih kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil asma yang gejalanya hanya batuk
tidak disetai mengi, dikenal dengan cough variant asthma. Bila hal yang
terakhir ini dicurugai maka dilakukan pemeriksaaan spirometri sebelum dan
sesudah bronkhodilator.
Pada asma alergik, sering hubungan dengan pemajanan
alergen dengan gejala asma yang tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik
juga memberikan gejala pencetus non-alergik seperti asap rokok, infeksi saluran
napas maupun perubahan cuaca ( FKUI, 2006).
Menurut Astuti dan Rahmat (2010), adapun manifestasi
dari asma, antara lain :
1. Tanda klasik asma yaitu dyspnea, wheezing, dan batuk
2. Peningkatan
frekuensi nafas
3. Rasa
tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istirahat
4. Keluhan
sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada.
5. Batuk
nonproduktif yang disebabkan edema bronkhial
6. Gejala
umum asma; batuk
7. Hiperresonan
saat perkusi.
F.
Patofisiologi
dan Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
1. Patofisiologi
Obstruksi
saluran pernapasan pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkhus, sumbatan
mukus, edema, dan inflamasi bronkus. Obtruksi bertambah berat selama ekspirasi
karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini
mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obtruksi terjebak tidak bisa
diekspirasi. Selanjutnya terjasi peningkatan volume residu, kapasitas residu
fungsional (KRF) dan pasien akan bernapas pada volume tinggi mendekati
kapasitas paru total (KPT). Pada keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar
saluran napas terbuka dan pertukaran gas berjalan napas.
Penyempitan
saluran pernapasan tidak merata diseluruh bagian paru dan terdapat daerah yang
kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang mengalami daerah
tersebur mengalami hipoksemia.
Untuk
mengatasi kekurangan oksigen, tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan
oksigen terpenuhi. Tetapi akibat pengeluaran CO2 berlebih sehinggga PaCO2
menurun yang dapat menimbulkan alkalosis respiratorik.
Pada
serangan lebih berat saluran napas dan alveolus tertutup mukus sehingga
menggangu pertukaran gas bisa menimbulkan hipoksemia sehingga menjadi
peningkatan CO2 disertai dengan penurunan ventilasi alveolus menyebabkan retensi
CO2 dan terjadi asidosis respiratorik atau gagal napas. Dengan demikian
penyempitan saluran napas akan menimbulkan sebagai berikut : 1) gangguan
ventilasi berupa hipoventilasi. 2) ketidakseimbangan ventilasi ferfusi dimana
distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru. 3) gangguan
difusi gas ditingkat alveoli.
Ketiga
faktor tersebut akan mengakibatkan hipoksia, hiperkapnia, asidosis respiratorik
( FKUI, 2006).
2. Dampak
Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Bagan 2.1
Dampak Asthma Bronchiale Terhadap KDM
Spasme otot Sumbatan Edema Inflamasi






Mk : Tak
efektif Obstruksi sal
nafas Alveoli tertutup










![]() |
Penyempitan
jalan Asidosis
metabolik
nafas
![]() |
|||
![]() |
|||
Peningkatan
kerja Mk : Kurang pengetahuan



Peningkatan kebut Penurunan
oksigen masukan oral
![]() |
![]() |
||||
![]() |
Hyperventilasi Mk : Perub nutrisi

kebutuhan tbh


Asidosis respiratorik
G. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan
penunjang dilakukan berdasarkan manifestasi klinik, riwayat, pemeriksaan fisik
dan tes laboratorium.
1. Tes
fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun, dan
setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan nafas rutin. Dalam
spirometri akan mendeteksi :
a. Penurunan
forced expiratory volume (FEV)
b. Penurunan
peak expiratory flow rate (PEFR)
c. Kehilangan
forced vital capacity (FVC)
d. Kehilangan
inspiratory capacity (IC)
2. Laboratorium
darah lengkap, menunjukkan terjadi perubahan sel darah putih selama fase asma
akut, perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau
peningkatan presentasi ikatan sel yang mungkin mengindikasikan terjadi infeksi.
3. X-ray
dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukkan infiltrat dan hiperekspansi
jalan nafas dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior pada pemeriksaan
fisik, diduga barrel chest.
4. Uji
kulit untuk mengidentifikasi allergen spesifik.
5. Pemeriksaan
alergi (radioallergosorbent test ;
RAST)
6. Pulse
oximetry
7. Analisa
gas darah
(Astuti
dan Rahmat, 2010).
H. Manajemen Medik
Secara Umum
1. Prinsip
Umum Pengobatan
Prinsip umum pengobatan asma
bronkhial adalah:
a.
Menghilangkan obstruksi jalan nafas
dengan segera
b.
Mengenal dan menghindari
faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c.
Memberikan penerangan kepada
penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
2. Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial
terbagi dua, yaitu:
a. Pengobatan
non farmakologik
1) Memberikan
penyuluhan
2) Menghindari
faktor pencetus
3) Pemberian
cairan
4) Fisioterapi
5) Beri O₂ bila perlu
b. Pengobatan
farmakologik
1) Bronkodilator:
obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik
(adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol
(berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin
(teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin
(Euphilin Retard), Teofilin (Amilex).
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini.
2)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi
merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
3)
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin.Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.
I.
Karakteristik
Anak Berdasarkan Usia
1. Pengertian
Usia Todler
Anak usia toddler adalah anak usia
12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada periode ini anak berusaha mencari tahu
bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana menngontrol orang lain melalui
kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang
sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara
optimal ( Perry, 2005).
Pertumbuhan merupakan bertambah
jumlah dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat
diukur. Sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat
tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan belajar. (Wong’s, 2003 ).
Usia 1 tahun merupakan usia yang
penuh berbagai hal yang menarik antara lain berubah dalam cara makan, cara
bergerak, juga dalam keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh
melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya
mengatakan “tidak” baik dengan kata – kat maupun perbuatan, meskipun sebetulnya
hal itu disukai (psikolog menyebutnya negatifisme). Kenyataan ini berbeda pada
saat usia di bawah satu tahun, si kecil akan menjadi seseorang penyidik yang
sangat menjengkelkan, mereka akan menyelinap masuk setiap sudut rumah,
menyentuh semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi,
menjatuhkan benda apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang bisa di
oanjat, memasukkan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan sebagainya
(Hurlock, 2004).
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung
mengikuti orang tuanya kesana kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram
tanaman, semua ini dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak
sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain,
perasaan tauk dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak
sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk
kembali.
Anak pada usia 3 tahun biasanya
lebih mudah dikendalikan karena anak sudah dalam perkembangan emosi, sehingga
mereka menganggap ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan
dan kebandelan yang muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin
berkurang, sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat ramah dan
hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan
bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan
dengan kehendak orang tuanya, karena mereka tetap mahluk hidup yang mempunyai
pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung meniru siapapun yang
dilakukan orang tuanya sehari – hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses
inilah karakter anak dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang
diterima dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina
kepribadian, membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya
sendiri (Hurlock, 2004).
2. Pertumbuhan
dan Perkembangan Fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses
alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi
anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk
berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual (Supartini, 2005).
Anak usia toddler memiliki
karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat
maupun tinggi badan berjalan cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah
sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun
(tungkai bawah lebih dominan untuk bertambah dibanding anggota tubuh
lainnya). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat
beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat inisudah bisa
diajarkan toilet training.
3. Motorik
Kasar
Perkembangan kemampuan motorik kasar
adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerak – gerak kasar yang melibatkan
sebagian besar organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik
kasar ini sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.
ada fase ini perkembangan motorik
sangat menonjol. Motorik kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa
berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai
berlari tapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga
tetapi masih dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat
naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36
bulan sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan
bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
4. Motorik
Halus
Kemampuan motorik adalah kemampuan
yang berhubungan ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi
mata – tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangakan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle,
menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat
garis, melipat kertas, dan sebagainya.
Motorik halus pada anak usia 15
bulan antara lain sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang,
membuka kotak, melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan
dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyususun
balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka kunci,
menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat
menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik.
Sedangkan pada anak usia 36 tahun sudah bisa menggambar lingkaran,
mencuci tangannya sendiri, menggosok gigi.
Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki
beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih
mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui
anak usia 2 – 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda
yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan
belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda
apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi
belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang
usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
5. Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia
toddler secara umum pemerolehan bahasa anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses
yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi
kata – kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang
sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan
dan memahami arti kata), juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat
dan mengartikan simbol- simbolbunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara
psikis, kemampuan memproduksi kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan
oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata-kata.
Pada usia ini anak mulai
mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua
kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan
berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi
hati dan pikiran.
Pada anak usia 13 bulan, anak sudah
mulai dapat mengucapkan kata – kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada
usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata gantidiri dan
merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan
seperti, “ Adik mau susu.” . Pada anak usia 18 – 23 bulan, anak mengalami
perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata – kata. Perbendaharaan kata
anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar
bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk
melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata – kata baru lebih cepat.
J.
Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan
1. Asuhan
Keperawatan
Asuhan Keperawatan merupakan proses
atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan
objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien (Ali, 2007).
2. Proses
Keperawatan
Menurut Ali (2007) Proses
Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis
dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah), diagnosis keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan
(implementasi) dan penilaian tindakan keperawatan (evaluasi).
Asuhan keperawatan diberikan dalam
upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar
manusia yaitu:
a.
Kebutuhan fisiologis meliputi
oksigen, cairan, nutrisi
b.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
c.
Kebutuhan rasa cinta dan saling
memiliki
d.
Kebutuhan akan harga diri
e.
Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan
merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien
yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara
derajat kesehatan yang optimal.
3. Pengkajian
a. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak
umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian
atas. Pada asma episodikyang
sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan
dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan
tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres. Pada asma tipe ini frekwensi
serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3
tahun. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari. Untuk jenis
kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
b. Keluhan
Utama
Batuk-batuk dan sesak napas
c. Riwayat
Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara
PQRST. Biasanya
anak mengeluh batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
d. Riwayat
Penyakit Terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia
sebelumnya.
e. Riwayat
Penyakit Keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari
ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.
f. Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari
debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang
terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap
rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat
dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
g. Riwayat
Tumbuh Kembang
1) Tahap
Pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur (tahun) x 2 + 8. Tapi ada
rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun
yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan
2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur (tahun) x 6 + 77. Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4
tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu
6 – 7,5 cm/tahun. Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
2) Tahap
Perkembangan
a)
Perkembangan psikososial (Eric Ericson)
: Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan
jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak
peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang keterampilan motorik
dan bahasanya.
b) Perkembangan
psikosexsual (Sigmund Freud) : Berada pada fase oedipal/ falik (3-5 tahun).Biasanya
senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek (laki-laki
lebih dekat dengan ibunya) dan Elektra komplek (perempuan lebih dekat ke
ayahnya).
c) Perkembangan
kognitif (Piaget) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual (2 - 4 tahun) dan fase pemikiran intuitive (4 -
7 tahun). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan
konsep waktu belum benar dan magical thinking.
d) Perkembangan
moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi
sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang
dianut oleh keluarga.
e) Perkembangan
spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan
belajar yang benar-salah untuk menghindari hukuman.
f) Perkembangan
body image yaitu mengenal kata
cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
g) Perkembangan
sosial yaitu berada pada fase “ Individuation
– Separation “. Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak
protes.
h) Perkembangan
bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek
yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
i)
Tingkah laku personal sosial yaitu
dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima
bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.
j)
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik
halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
h. Riwayat
Imunisasi
Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi
lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
i.
Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90
kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari.
Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
j.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1)
Gizi buruk kurang dari 60%
2)
Gizi kurang 60 % - <80 %
3)
Gizi baik 80 % - 110 %
4)
Obesitas lebih dari 120 %
k. Dampak
Hospitalisasi
1) Perpisahan
a) Protes
: pergi,
menendang, menangis.
b) Putus
asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi.
c) Menerima
: tertarik dengan lingkungan, interaksi.
2) Kehilangan
Kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan ini akan
menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
3) Perlukaan
Tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4) Lingkungan
Baru, memulai sosialisasi lingkungan
l.
Pemeriksaan
Fisik
1) Sistem
Pernapasan
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea,
orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, peningkatan PCO2 dan
penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
2) Sistem
Kardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan
3) Sistem
Persyarafan
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan
kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? Coma?.
4) Sistem
Perkemihan
Produksi urine dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas.
5) Sistem
Pencernaan
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi
terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
6) Sistem
Integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap
sesak nafas.
4. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
keperawatan (Deswani, 2009).
Adapun diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada klien dengan asthma bronchiale, antara lain :
a.
Bersihan jalan nafas tak efektif
b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi, dispnea, dan
penggunaan otot bantu pernafasan (Doenges, 2009).
b.
Kerusakan pertukaran gas b.d.
gangguan suplai oksigen, yang dibuktikan oleh dispnea, bingung, dan gelisah (Doenges,
2009)
c.
Perubahan nutrisi: Kurang dari
kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia, yang dibuktikan oleh penurunan
berat badan dan ketidakmampuan untuk makan (Doenges, 2009).
d.
Intoleran aktivitas b.d.
ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen (Wong, 2003).
e.
Risiko tinggi terhadap infeksi b.d.
tidak adekuatnya imunitas (Doenges, 2009).
f.
Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius)
b.d. hipoventilasi (Wong, 2003).
g.
Kurang pengetahuan b.d. kurang
informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tentang informasi (Doenges, 2009).
h.
Ansietas b.d. kesukaran bernafas (Carpenito,
2004).
5. Intervensi
Keperawatan
a.
Bersihan jalan nafas tak efektif
b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi, dispnea, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas
bersih dan jelas.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak akan bernafas
dengan mudah tanpa dispnea.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.1
Intervensi dan Rasional Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Auskultasi
bunyi nafas dan catatadanya abnormalitas bunyi nafas, seperti mengi.
Kaji/
pantau frekuensipernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Catat
adanya derajat dispnea,ansietas, distress pernafasan,penggunaan otot bantu
pernafasan.
Tempatkan
anak dalam posisi yang nyaman, seperti meninggikan kepala tempat tidur atau
duduk pada sandaran tempat tidur
Pertahankan
polusi lingkunganminimum, contoh: debu, asap dll.
Tingkatkan
masukan cairansampai dengan 3000 ml/harisesuai toleransi jantungdenganmemberikan
air hangat.
Kolaborasi
Berikan
obat bronkodilator sesuai dengan indikasi
|
Beberapa
derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan dengan adanya nafas yang abnormal.
Takipnea
biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/ adanya proses infeksi akut.
Disfungsi
pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan
perawatan di rumah sakit.
Peninggian
kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi.
Pencetus
tipe alergi pernafasan dapat menimbulkan episode akut.
Hidrasi
membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat
menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan
spasme bronkus.
Merelaksasikan
otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.
|
Sumber : Doengoes (2003)
b.
Kerusakan pertukaran gas b.d.
gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan oleh dispnea, bingung,
dan gelisah.
Tujuan :
Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak akan mempunyai
pertukaran gas yang adekuat, dengan GDA dalam rentang normal, PO2 ≥ 80 mmHg, Pa
CO2 = 35-45 mmHg, dan pH = 7,35-7,45.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.2
Intervensi
dan Rasionalisasi Kerusakan Pertukaran Gas
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji/awasi
secara rutin kulitdan membran mukosa.
Palpasi
fremitus
Awasi
tanda vital dan irama jantung.
Posisikan
klien pada posisi yang nyaman.
Kolaborasi
Berikan
oksigen tambahansesuai dengan indikasi hasilGDA dan toleransi pasien.
|
Melihat
adanya sianosis perifer atau sentral. Sianosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
Penurunan
getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan/udara.
Takikardi,
disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
Untuk
meningkatkan pertukaran gas yang optimal.
Memperbaiki
atau mencegah memburuknya hipoksia
|
Sumber : Doengoes (2003).
c.
Perubahan nutrisi: Kurang dari
kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia, yang dibuktikan oleh penurunan
berat badan dan ketidakmampuan untuk makan.
Tujuan :
Meningkatkan asupan nutrisi anak.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak akan menunjukkan
peningkatan berat badan.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.3
Intervensi
dan Rasionalisasi Perubahan Nutrisi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji
kebiasaan diet, masukanmakanan saat ini dan catat derajatkerusakan makanan.
Sering
lakukan perawatan oral,buang sekret, berikan wadahkhusus untuk sekali pakai.
Kolaborasi
Berikan
oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
|
Pasien
distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.
Rasa tak
enak dan bau dapat menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah
dengan peningkatan kesulitan nafas.
Menurunkan
dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, sehingga dapat meningkatkan
masukan.
|
Sumber :
Doengoes (2003)
d.
Intoleran aktivitas b.d.
ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
Tujuan :
Klien mendapatkan istirahat yang optimal
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak tampak segar dan
dapat beraktivitas dengan baik.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.4
Intervensi
dan Rasionalisasi Intoleransi Aktifitas
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Dorong
aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak
Beri kesempatan
anak untuk tidur, istirahat, dan aktivitas yang tenang.
|
Mengurangi
penggunaan energi yang berlebihan.
Untuk
menghindari keletihan pada anak.
|
Sumber :
Doengoes (2003).
e.
Risiko tinggi terhadap infeksi b.d.
tidak adekuatnya imunitas.
Tujuan :
Mencegah komplikasi dan memburuknya keadaan anak.
Kriteria hasil :
·
Anak/ keluarga akan dapat
mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
·
Anak/ keluarga akan memperlihatkan
perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.5
Intervensi
dan Rasionalisasi Resiko Tinggi Infeksi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Awasi suhu
Diskusikan
kebutuhan nutrisi adekuat
Kolaborasi
Dapatkan
spesimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, atau
kultur/sensitifitas.
|
Demam
dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
Malnutrisi
dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
Untuk
mengidentifikasi organisme penyabab dan kerentanan terhadap berbagai anti
mikrobial.
|
Sumber :
Doengoes (2003).
f.
Resiko tinggi cedera (asidosis
respiratorius) b.d. hipoventilasi.
Tujuan :
Klien tidak mengalami asidosis.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak tidak memperlihatkan
tanda-tanda asidosis respiratorius.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.6
Intervensi
dan Rasionalisasi Resiko Tinggi Cedera
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Cegah
muntah pada anak.
Lakukan
tindakan untuk memperbaiki ventilasi.
Pantau pH
darah dengan cermat.
Beri
natrium bikarbonat sesuai ketentuan.
|
Mencegah
terjadinya asidosis.
Hipoventilasi
dapat menyebabkan akumulasi CO2.
pH normal
dapat meningkatkan efek bronkodilator.
Untuk mencegah
atau memperbaiki asidosis.
|
Sumber :
Dongoes (2003).
g.
Kurang pengetahuan b.d. kurang
informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tentang informasi.
Tujuan :
Memberi informasi tentang proses penyakit/
prognosis dan program pengobatan
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, keluarga menyatakan
pemahaman kondisi/ proses penyakit dan tindakan.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.7
Intervensi
dan Rasionalisasi Kurang Pengetahuan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan
tentang penyakit individu.
Diskusikan
obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Tunjukkan
tekhnik penggunaan inhaler.
|
Menurunkan
ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
Penting
bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.
Pemberian
obat yang tepat akan meningkatkan keefektifanya.
|
Sumber : Doengoes (2003).
6. Implementasi
Keperawatan
Menurut Iyer, et
all, dalam Nursalam (2003), mengemukakan bahwa implementasi adalah inisiatif
dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
7. Evaluasi
Keperawatan
Tindakan evaluasi keperawatan yang
dapat dilakukan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan akibat asthma
bronchiale, antara lain :
a. Jalan nafas
kembali efektif.
b. Pola nafas
kembali efektif.
c. Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi.
d. Klien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar