Kamis, 25 Juli 2013

KARYA TULIS ILMIAH ASMA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
ASTHMA BRONCHIALE

A.    Definisi
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengikik (Professor Jon Ayres, 2003). 
Penyakit asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas yang reversible yang ditandai dengan bronkospasme, inflamasidan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala berupa sesak nafas, batuk – batuk dari ringan sampai berat dan timbulnya suara mengi (Wheezing) (Suriadi, 2010).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne, 2010).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 2007).

Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas (Medicafarma, 2008).
Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu :
1.      Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas
2.      Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriks
3.      Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
4.      Bersifat reversibel
B.     Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi menurut  FKUI (2006 : 506 – 508)
 

Organ- organ Pernafasan Terdiri dari :
a.       Hidung
Hidung adalah saluran udara yang mempunyai dua lubang yang dipisahkan oleh sekat hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang banyak akan pembuluh darah,dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung,daerah pernafasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lendir.
Fungsi hidung terdiri dari :
1)      Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2)      Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan bulu-bulu hidung
3)      Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4)      Membunuh kuman-kuman yang masuk bersama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput mukosa atau hidung.
b.      Faring(tekak)
Pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian krikoid,tempat persimpangan antara jalan nafas dan makanan terdapatdibawah dasar tengkorak,dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.
c.       Laring (tenggorokan)
Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra,berjalan dari faring sampai ketinggian vertebral servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya,merupakan saluran dan bertingak sebagai pembentukan suara.
d.      Trakheaa
Panjang trakea sekitar 9-11 cm,dibentuk oleh 16-22 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C.Trakhea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel cangkit.Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama udara pernafasan.
e.       Bronkus
Merupakan lanjutan dari trachea,ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebral torakalis ke IV dan V.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri,terdiri dari 6-8 cincin,mempunyai tiga cabang,bronkus kiri lebih panjang dan ramping dari bronkus kanan terdiri dari 9-12 cincin mempunyai dua cabang bronkus,bercabang-cabang,cabang yang kecil disebut bronchioles (bronchioli).Pada bronchioli tidak tedapat cincin dan pada ujung bronchioles terdapat gelembung paru satu,gelembung hawa atau alveoli.
f.       Paru-paru
Paru-paru ada dua bagian,merupakan alat pernafasan utama,terletak disebelah kanan dan kiri serta struktur lainnya yang terletak didalam mediasternum.
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apek (puncak) diatas dan muncul lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher,dikosta 2-9 terdiri dari gelembung-gelembung alkali ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Terjadi pertukaran udara,oksigen masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah banyaknya alveoli ini sekitar 700.000.000 buah (paru: kiri dan kanan)di media sternum depan terdapat jantung paru-paru kanan terdapat 3 lobus,yaitu lobus pulmo dextra superior, lobus media dan lobus inferior. Paru-paru kiri terdiri dari dari pulmo sinistra,lobus superior dan lobus inferior.tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen 5 segmen pada lobus superior dan 5 buah segmen pada lobus inferior.Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 segmen pada lobus superior, 2 buah segmen lobus medialis dan 3 buah segmen pada lobus inferior.
 Segmen ini terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobus ,dalam tiap-tiap lobus terdapat sebuah bronchioles. Didalam bronkhiolus bercabang-cabang banyak sekali dan disebut duktus alveolus.
Fungsi paru-paru sebagai :
1.      pertukaran gas.
2.      Proses difusi dan difusi.
3.      Transpor oksigen.
C.    Etiologi
Menurut Astuti dan Rahmat (2010), asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkhus yang hiperresponsif terhadap iritan. Alergi terhadap iritan dapat mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut merupakan iritan berdasarkan sumbernya :
1.      Faktor Ekstrinsik
Latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama zat yang ditambahkan ke dalam makanan) dan perubahan cepat suhu ruangan.
2.      Faktor Instrinsik
Sakit, stres, atau fatigue yang juga mentriger, dan temperatur yang ekstrim.
D.    Klasifikasi
Klasifikasi asma (Astuti dan Rahmat, 2010) mencakup empat kategori, antara lain :
1.      Mild intermitent (ringan intermiten), dimana kondisi klien asma ringan yang sebentar.
2.      Mild persisten, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus atau menetap.
3.      Moderate persisten, dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus menerus atau menetap.
4.      Severe persisten, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus menerus atau menetap.
E.     Tanda dan Gejala
Gambaran klinis asthma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awalnya serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat didada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada awalnya disertai batuk tanpa sekret, tetapi pada perkembagan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukaoid, putih kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil asma yang gejalanya hanya batuk tidak disetai mengi, dikenal dengan cough variant asthma. Bila hal yang terakhir ini dicurugai maka dilakukan pemeriksaaan spirometri sebelum dan sesudah bronkhodilator.
 Pada asma alergik, sering hubungan dengan pemajanan alergen dengan gejala asma yang tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan gejala pencetus non-alergik seperti asap rokok, infeksi saluran napas maupun perubahan cuaca ( FKUI, 2006).
Menurut Astuti dan Rahmat (2010), adapun manifestasi dari asma, antara lain :
1.      Tanda klasik asma yaitu dyspnea, wheezing, dan batuk
2.      Peningkatan frekuensi nafas
3.      Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istirahat
4.      Keluhan sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada.
5.      Batuk nonproduktif yang disebabkan edema bronkhial
6.      Gejala umum asma; batuk
7.      Hiperresonan saat perkusi.
F.     Patofisiologi dan Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
1.      Patofisiologi
Obstruksi saluran pernapasan pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkhus, sumbatan mukus, edema, dan inflamasi bronkus. Obtruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obtruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjasi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF) dan pasien akan bernapas pada volume tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Pada keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas terbuka dan pertukaran gas berjalan napas.
Penyempitan saluran pernapasan tidak merata diseluruh bagian paru dan terdapat daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang mengalami daerah tersebur mengalami hipoksemia.
Untuk mengatasi kekurangan oksigen, tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Tetapi akibat pengeluaran CO2 berlebih sehinggga PaCO2 menurun yang dapat menimbulkan alkalosis respiratorik.
Pada serangan lebih berat saluran napas dan alveolus tertutup mukus sehingga menggangu pertukaran gas bisa menimbulkan hipoksemia sehingga menjadi peningkatan CO2 disertai dengan penurunan ventilasi alveolus menyebabkan retensi CO2 dan terjadi asidosis respiratorik atau gagal napas. Dengan demikian penyempitan saluran napas akan menimbulkan sebagai berikut : 1) gangguan ventilasi berupa hipoventilasi. 2) ketidakseimbangan ventilasi ferfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru. 3) gangguan difusi gas ditingkat alveoli.
Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan hipoksia, hiperkapnia, asidosis respiratorik ( FKUI, 2006).


2.      Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Bagan 2.1
Dampak Asthma Bronchiale Terhadap KDM

        Spasme otot                     Sumbatan                  Edema                 Inflamasi 
         bronchus                           mukus                                                   dinding bronchus

 


Mk : Tak efektif                  Obstruksi sal nafas                 Alveoli tertutup
       bersihan                     ( bronchospasme )
       jalan nafas                       
                                                                                                                    Hipoksemia       Mk : Gg Pertuka
                                                                                                                                                                        ran gas   
 


                                                   Penyempitan jalan                                  Asidosis metabolik
                                                      nafas
 


                                                   Peningkatan kerja             Mk : Kurang  pengetahuan
                                               pernafasan

                  Peningkatan kebut                                          Penurunan
                         oksigen                                masukan oral
 



                    Hyperventilasi                          Mk : Perub nutrisi
                                                                                                                                    kurang dari
                                                                                                                           kebutuhan tbh
                      Retensi CO2

                    Asidosis respiratorik

  
G.    Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan manifestasi klinik, riwayat, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
1.      Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6 tahun, dan setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan nafas rutin. Dalam spirometri akan mendeteksi :
a.       Penurunan forced expiratory volume (FEV)
b.      Penurunan peak expiratory flow rate (PEFR)
c.       Kehilangan forced vital capacity (FVC)
d.      Kehilangan inspiratory capacity (IC)
2.      Laboratorium darah lengkap, menunjukkan terjadi perubahan sel darah putih selama fase asma akut, perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan presentasi ikatan sel yang mungkin mengindikasikan terjadi infeksi.
3.      X-ray dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukkan infiltrat dan hiperekspansi jalan nafas dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior pada pemeriksaan fisik, diduga barrel chest.
4.      Uji kulit untuk mengidentifikasi allergen spesifik.
5.      Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
6.      Pulse oximetry
7.      Analisa gas darah
(Astuti dan Rahmat, 2010).
H.    Manajemen Medik Secara Umum
1.      Prinsip Umum Pengobatan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
a.       Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
b.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c.       Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
2.      Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi dua, yaitu:
a.       Pengobatan non farmakologik
1)      Memberikan penyuluhan
2)      Menghindari faktor pencetus
3)      Pemberian cairan
4)      Fisioterapi
5)      Beri O bila perlu
b.      Pengobatan farmakologik
1)      Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
 a)      Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b)      Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex).
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
2)      Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
3)      Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
I.       Karakteristik Anak Berdasarkan Usia
1.      Pengertian Usia Todler
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana menngontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal ( Perry, 2005).
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan belajar. (Wong’s, 2003 ).
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan “tidak” baik dengan kata – kat maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu disukai (psikolog menyebutnya negatifisme). Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu tahun, si kecil akan menjadi seseorang penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka akan menyelinap masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang bisa di oanjat, memasukkan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan sebagainya (Hurlock, 2004).
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan tauk dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali.
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka menganggap ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin berkurang, sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya, karena mereka tetap mahluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung meniru siapapun yang dilakukan orang tuanya sehari – hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina kepribadian, membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya sendiri (Hurlock, 2004).
2.      Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual (Supartini, 2005).
Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badan berjalan cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun (tungkai bawah lebih dominan untuk bertambah dibanding  anggota tubuh lainnya). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat inisudah bisa diajarkan toilet training.
3.      Motorik Kasar
Perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerak – gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.
ada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri  tanpa bantuan orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36 bulan  sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
4.      Motorik Halus
Kemampuan motorik adalah kemampuan yang berhubungan ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata – tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangakan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle, menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya.
Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak, melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan  dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman  buku, belajar menyususun balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada anak usia 36 tahun sudah  bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri, menggosok gigi.
 Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
5.      Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia toddler secara umum pemerolehan bahasa anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi kata – kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata), juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan simbol- simbolbunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis, kemampuan memproduksi kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata-kata.
Pada usia ini anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
Pada anak usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata – kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata gantidiri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti, “ Adik mau susu.” . Pada anak usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata – kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata – kata baru lebih cepat.
J.      Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan
1.      Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien (Ali, 2007).
2.      Proses Keperawatan
Menurut Ali (2007) Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi) dan penilaian tindakan keperawatan (evaluasi).
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:
a.       Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi
b.      Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
c.       Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
d.      Kebutuhan akan harga diri
e.       Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
3.      Pengkajian
a.       Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres. Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari. Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
b.      Keluhan Utama
Batuk-batuk dan sesak napas
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST. Biasanya anak mengeluh batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
d.      Riwayat Penyakit Terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.
f.       Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
g.      Riwayat Tumbuh Kembang
1)      Tahap Pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur (tahun) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur        (tahun) x 6 + 77. Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun. Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
2)      Tahap Perkembangan
a)      Perkembangan psikososial (Eric Ericson) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang keterampilan motorik dan bahasanya.
b)      Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud) : Berada pada fase oedipal/ falik (3-5 tahun).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek (laki-laki lebih dekat dengan ibunya) dan Elektra komplek (perempuan lebih dekat ke ayahnya).
c)      Perkembangan kognitif (Piaget) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual (2 - 4 tahun) dan fase pemikiran intuitive (4 - 7 tahun). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
d)     Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
e)      Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar-salah untuk menghindari hukuman.
f)       Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
g)      Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ IndividuationSeparation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
h)      Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
i)        Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
j)        Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
h.      Riwayat Imunisasi
Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
i.        Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
j.        Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1)      Gizi buruk kurang dari 60%
2)      Gizi kurang 60 % - <80 %
3)      Gizi baik 80 % - 110 %
4)      Obesitas lebih dari 120 %


k.      Dampak Hospitalisasi
1)      Perpisahan
a)      Protes : pergi, menendang, menangis.
b)      Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi.
c)      Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi.
2)      Kehilangan Kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
3)      Perlukaan Tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4)      Lingkungan Baru, memulai sosialisasi lingkungan
l.        Pemeriksaan Fisik
1)      Sistem Pernapasan
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
2)      Sistem Kardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan
3)      Sistem Persyarafan
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? Coma?.

4)      Sistem Perkemihan
Produksi urine dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
5)      Sistem Pencernaan
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
6)      Sistem Integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
4.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan (Deswani, 2009).
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan asthma bronchiale, antara lain :
a.       Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi, dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan (Doenges, 2009).
b.      Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen, yang dibuktikan oleh dispnea, bingung, dan gelisah (Doenges, 2009)
c.       Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia, yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan (Doenges, 2009).
d.      Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen (Wong, 2003).
e.       Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas (Doenges, 2009).
f.       Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius) b.d. hipoventilasi (Wong, 2003).
g.      Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tentang informasi (Doenges, 2009).
h.      Ansietas b.d. kesukaran bernafas (Carpenito, 2004).
5.      Intervensi Keperawatan
a.       Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi, dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih dan jelas.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak akan bernafas dengan mudah tanpa dispnea.
Intervensi keperawatan :






 Tabel 2.1
Intervensi dan Rasional Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri

Auskultasi bunyi nafas dan catatadanya  abnormalitas bunyi nafas, seperti mengi.


Kaji/ pantau frekuensipernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.



Catat adanya derajat dispnea,ansietas, distress pernafasan,penggunaan otot bantu pernafasan.


Tempatkan anak dalam posisi yang nyaman, seperti meninggikan kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur

Pertahankan polusi lingkunganminimum, contoh: debu, asap dll.

Tingkatkan masukan cairansampai dengan 3000 ml/harisesuai toleransi jantungdenganmemberikan air hangat.



Kolaborasi
Berikan obat bronkodilator sesuai dengan indikasi



Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan dengan adanya nafas yang abnormal.

Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi akut.

Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.

Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.


Pencetus tipe alergi pernafasan dapat menimbulkan episode akut.

Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.
Sumber : Doengoes (2003)
b.      Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan oleh dispnea, bingung, dan gelisah.
Tujuan :
Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.


Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak akan mempunyai pertukaran gas yang adekuat, dengan GDA dalam rentang normal, PO2 ≥ 80 mmHg, Pa CO2 = 35-45 mmHg, dan pH = 7,35-7,45.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.2
Intervensi dan Rasionalisasi Kerusakan Pertukaran Gas
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji/awasi secara rutin kulitdan membran mukosa.


Palpasi fremitus


Awasi tanda vital dan irama jantung.




Posisikan klien pada posisi yang nyaman.


Kolaborasi
Berikan oksigen tambahansesuai dengan indikasi hasilGDA dan toleransi pasien.

Melihat adanya sianosis perifer atau sentral. Sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan/udara.

Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Untuk meningkatkan pertukaran gas yang optimal.



Memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia

Sumber : Doengoes (2003).
c.       Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia, yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan.
Tujuan :
Meningkatkan asupan nutrisi anak.


Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak akan menunjukkan peningkatan berat badan.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.3
Intervensi dan Rasionalisasi Perubahan Nutrisi
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukanmakanan saat ini dan catat derajatkerusakan makanan.

Sering lakukan perawatan oral,buang sekret, berikan wadahkhusus untuk sekali pakai.

Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.


Rasa tak enak dan bau dapat menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, sehingga dapat meningkatkan masukan.

Sumber : Doengoes (2003)


d.      Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
Tujuan :
Klien mendapatkan istirahat yang optimal
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak tampak segar dan dapat beraktivitas dengan baik.
Intervensi keperawatan :


Tabel 2.4
Intervensi dan Rasionalisasi Intoleransi Aktifitas
INTERVENSI
RASIONAL
Dorong aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak

Beri kesempatan anak untuk tidur, istirahat, dan aktivitas yang tenang.
Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan.

Untuk menghindari keletihan pada anak.
Sumber : Doengoes (2003).

e.       Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas.
Tujuan :
Mencegah komplikasi dan memburuknya keadaan anak.
Kriteria hasil :
·           Anak/ keluarga akan dapat mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
·           Anak/ keluarga akan memperlihatkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.5
Intervensi dan Rasionalisasi Resiko Tinggi Infeksi
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Awasi suhu


Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat



Kolaborasi
Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, atau kultur/sensitifitas.

Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi


Untuk mengidentifikasi organisme penyabab dan kerentanan terhadap berbagai anti mikrobial.
Sumber : Doengoes (2003).





f.       Resiko tinggi cedera (asidosis respiratorius) b.d. hipoventilasi.
Tujuan :
Klien tidak mengalami asidosis.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, anak tidak memperlihatkan tanda-tanda asidosis respiratorius.
Intervensi keperawatan :
Tabel 2.6
Intervensi dan Rasionalisasi Resiko Tinggi Cedera
INTERVENSI
RASIONAL
Cegah muntah pada anak.

Lakukan tindakan untuk memperbaiki ventilasi.

Pantau pH darah dengan cermat.


Beri natrium bikarbonat sesuai ketentuan.
  
Mencegah terjadinya asidosis.

Hipoventilasi dapat menyebabkan akumulasi CO2.

pH normal dapat meningkatkan efek bronkodilator.

Untuk mencegah atau memperbaiki asidosis. 
Sumber : Dongoes (2003).
g.      Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tentang informasi.
Tujuan :
Memberi informasi tentang proses penyakit/ prognosis  dan program pengobatan
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, keluarga menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan tindakan.

Intervensi keperawatan :
Tabel 2.7
Intervensi dan Rasionalisasi Kurang Pengetahuan
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan tentang penyakit individu.



Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.

Tunjukkan tekhnik penggunaan inhaler.

Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.

Pemberian obat yang tepat akan meningkatkan keefektifanya.
Sumber : Doengoes (2003).

6.      Implementasi Keperawatan
Menurut Iyer, et all, dalam Nursalam (2003), mengemukakan bahwa implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
7.      Evaluasi Keperawatan
Tindakan evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan akibat asthma bronchiale, antara lain :
a.       Jalan nafas kembali efektif.
b.      Pola nafas kembali efektif.
c.       Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

d.      Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar