BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kesehatan
merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku
proakftif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat melalui usaha kesehatan yang bersipat
promotif, preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif
diharapkan dapat mengurangi angka morbiditas, mortalitas dan kecacatan dalam
masyarakat (Depkes RI, 2009).
Masalah
kesehatan yang semakin komplek, menuntut asuhan keperawatan pada setiap orang
dan pada berbagai tingkat usia yang membutuhkan bantuan perawatan kesehatan,
terutama yang mempunyai gangguan fungsi tubuh yang bersifat kronis, karena
dapat mengancan kehidupan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Penyakit
paru obstruktif kronik merupakan
sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dalam ke luar paru.
Gangguan yang penting adalah bronchitis obstruktif emfisiema, dan asma
bronchial (Muttaqin, 2008).
1
|
Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD)
merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit
yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asama bronchial,
bronchitis kronis, dan emfisiema paru-paru. Sering juga penyakit-penyakit ini
disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Diseases (COLD).
PPOK merupakan kondisi yang ireversibel yang berkaitan dengan dipsnea saat
beraktifitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. PPOk
merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika serikat, Penyakit ini
menyerang lebih dari 25% populasi dewasa (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif,
artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara
lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjanan penyakit ini terjadi fase-fase eksaserbasi
akut, Berbagai factor berperan dalam perjalanan penyakit ini, antara lain
factor resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi genetik dan
perubahan cuaca.
Pada
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2007 asma, bronchitis kronik dan emfisiema
menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab
kesakitan utama. SKRT Depkes RI menunjukan angka kematian karena asma,
bronchitis kronis dan emfisiema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab
tersering kematian di Indonesia. Menurut riset kesehatan dasar (RisKesDas)
2007, penyakit asma salah satu penyebab PPOK di Indonesia ada sekitar 5,4%
pengidap asma sedangkan di Jawa Barat sebanyak 6,6% baik yang pernah
didiagnosis asma maupun yang pernah mengalami gejala. Ada kecenderungan
prevelensi penyakit asma meningkat dengan bertambahnya umur, pada umur 65-74
sebanyak 15,8% yang mengidap asma. Menurut jenis pekerjaan utama, prevelensi
8,3%, disusul kelompok petani/nelayan/buruh dengan 7,5%. Sedangkan didaerah
perkotaan hanya 4,5% (Depkes, 2007).
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perbaikan hidup di Indonesia dari tahun
ke tahun meningkat, mengakibatkan perkembangan di bidang pelayanan kesehatan.
Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, berpikir maju, dan
bertanggung jawab (Depkes RI. 2009).
Salah
satu bentuk pelayanan kesehatan masyarakat adalah melalui puskesmas yang
ditunjang oleh 20 program pokok kegiatan puskesmas yang salah satu sasarannya
yaitu perawatan pada individu dengan Penyakit paru obstrukif kronik (PPOK),
karena penyakit ini merupakan penyakit yang memerlukan pengawasan dan
penanganan dari pihak yang terkait, kelompok khusus masyarakat dan keluarga
dalam merawat klien dengan penyakit paru obsrtuktif kronik.
Menurut
data kunjungan penyakit dari sistem pernapasan yang diperoleh dari Puskesmas
Tamansari penyakit berikut yang termasuk kedalam PPOM adalah dapat dilihat
dalam table 1.1 :
Tabel
1.1
Jumlah
kasus penyakit saluran pernapasan di Puskesmas Tamansari
Periode
Bulan Januari-Desember 2012
No
|
Penyakit
|
Angka Kejadian
|
Persentasi
|
1
|
Asma
|
529
|
30,45%
|
2
|
Bronkitis
|
453
|
26,07%
|
3
|
Bronco
pneumonia
|
55
|
3,17%
|
4
|
Influenza
|
186
|
10,70%
|
5
|
TB
Paru
|
514
|
29,59%
|
Jumlah
|
1737
|
99,98%
|
Sumber : Bagian
Pelaporan dan Pencatatan Puskesmas Tamansari 2013
Berdasarkan
data tabel diatas, tingkat kejadian penyebab PPOK yaitu asma sekitar 529 kasus
(30,45%). Untuk itu diperlukan upaya promotif dan preventif, agar pasien mampu
mengatasi masalah penyakitnya yang dapat menimbulkan dampak terhadap fungsi
keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan keluarga,
fungsi reproduksi, dan fungsi ekonomi.
Salah
satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh profesi keperawatan dalam mengatasi hal
tersebut dengan memberikan asuhan keperawatan keluarga yang komperhensif pada
keluarga yang memiliki masalah kesehatan dan keperawatan yang diakibatkan oeh
penyakit saluran pernapasan, salah satunya adalah penyakit PPOK, yang
didokumentasikan dalam bentuk studi kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. S dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Penyakit Paru Obstruktif
kronik pada Tn. S di Kp. Ciwaas Depok II RT/RW. 03/05 Kelurahan Sukahurip
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum
Untuk mendapatkan
pengetahuan dan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga secara langsung dan komperhensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual pada klien
dengan gangguan sisten pernafasan :
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan
Khusus
a. Dapat
melakukan pengkajian keperawatan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK.
b. Mampu
menentukan diagnosa keperawatan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK.
c. Dapat
menentukan rencana keperwatan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK.
d. Dapat
melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perencanaan pada Keluarga
Tn. S yang menderita PPOK.
e. Dapat
melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
Keluarga Tn.S yang menderita PPOK.
f. Dapat
mendokumentasikan asuhan keperawatan Keluarga yang telah dilaksanakan pada
Keluarga Tn. S yang menderita PPOK.
C. Metode Telaahan
Metode
yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif
yang berbentuk studi kasus melalui :
1.
Observasi
Observasi
yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan tekhnik inspeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi.
2.
Wawancara
Wawancara
yaitu kegiatan aktif dengan menanyakan secara langsung tentang data atau
informasi kepada keluaraga.
3.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
fisik yaitu upaya untuk mengambil data melalui pemeriksaan klien dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4.
Pemeriksaan
Laboratorium
Hasil
pemeriksaan laboratorium dapat digunakan perawat sebagai data obyektif yang
disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik daapt
membantu terapis untuk menerapkan diagnosis medis dan membantu perawat untuk
mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan (Nursalam, 2008).
5.
Studi Dokumentasi
Studi
dokumentasi yaitu memperjelas pada status klien dengan catatan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan.
6.
Partisipasi aktif
Dasar
hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2008).
7.
Studi Kepustakaan
Melalui
studi literatur yang di peroleh dari buku sumber dan referensi hasil para ahli
yang ada kaitannya dengan studi kasus tersebut dan mencantumkannya sebagai
landasan lain.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan karya tulis ini terdiri dari 4 Bab, yaitu sebagai berikut :
Bab
I pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
telaahan dan sistematika penulisan.
Bab
II tinjauan teoritis, meliputi konsep dasar keluarga yaitu : pengertian
keluarga, fungsi keluarga, tahap dan tugas perkembangan keluarga, keluarga
beresiko tinggi. Konsep dasar penyakit paru obsrtuktif kronik meliputi :
pengertian, patofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, komplikasi,
penatalaksanaan. Dampak PPOK terhadap keluarga meliputi : fungsi biologis,
fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi.
Proses
keperawatan kesehatan keluaraga meliputi :tahap pengkajian, analisa data,
perumusan masalah dan penegakan diagnose keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, tindakan atau implementasi dan evaluasi.
Bab
III tinjauan kasus dan pembahasan, tinjauan kasus meliputi tahapan pengkajian,
diagnosa mkeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pembahasan
meliputi kesenjangan antara teori-teori yang didapat dengan praktek di
lapangan.
Bab
IV kesimpulan dan rekomendasi, meliputi kesimpilan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dan rekomendasi operasional asuhan keperawatan.
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1.
9
|
a. Pengertian
Keluarga
Keluarga
berasal dari bahasa sansakerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti
“anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga
sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan
antarindividu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu
tersebut (Jhonson, 2010).
1) Menurut
Raisner (1980), keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak, nenek dan kakek (Jhonson, 2010).
2) Menurut
Logan’s (1979), keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Jhonson, 2010).
3) Menurut
Gillis (1983), keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu (Jhonson, 2010).
4) Menurut
Duvall (1986), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan , kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional
serta sosial dari setiap anggota keluarga (Jhonson, 2010).
5) Menurut
Bailon dan maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan satu budaya (Jhonson, 2010).
6) Menurut
Depkes RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang dan berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).
7) Menurur
UU No. 10 tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri suami, istri
atau suami istri dan anaknya (Setiadi, 2008).
Dari
pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga
adalah:
1) Terdiri
dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2) Anggota
keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain.
3) Anggota
keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial:
suami, istri, anak, kakak dan adik.
4) Mempunyai
tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis dan sosial anggota.
b. Ciri-ciri
Keluarga
1) Menurut
Robert Mact Iver dan Charles Horton
a) Keluarga
merupakan hubungan perkawinan.
b) Keluarga
berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
sengaja dibentuk atau dipelihara.
c) Keluarga
mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunan.
d) Keluarga
mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan
kemampuan untukmempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e) Keluarga
merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
2) Ciri
Keluarga Indonesia
a) Mempunyai
ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong.
b) Dijiwai
oleh nilai kebudayaan ketimuran.
c) Umumnya
dipimpin oleh suami meskipun proses keputusan dilakukan secara musyawarah.
c. Tipe
Keluarga
1) Nuclear Family
(Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya (Setiadi, 2008).
2) Extended Family
(Keluarga Besar)
Keluarga inti di tambah
dengan anggota keluarga yang lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, keponakan, paman, bibi (Murwani, 2007).
3)
Single
Parent Family
Suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/adopsi). Kondisi
ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian (Murwani, 2007).
4)
Single
Adult
Suatu rumah tangga yang
hanya terdiri dari seorang dewasa (misalnya seseorang yang telah dewasa
kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah) (Murwani, 2007).
5) Nuclear Dyad
(Keluarga Dyad)
Keluarga yang terdiri
dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama (Ali,
2010).
6)
Blended
Family
Suatu keluarga yang terbentuk
dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak
hasil perkawinan terdahulu (Ali, 2010).
7)
Three
Generation family
Keluarga dengan tiga
generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah (Setiadi, 2008).
8)
Middle
Age atau Eldeary Couple
Keluarga yang terdiri
dari sepasang suami istri paruh baya (Ali, 2010).
9) Tradisional Nuclear
(Keluarga Tradisional)
Keluarga inti (ayah,
ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sankai-sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau dikeduanya dapat bekerja diluar rumah
(Setiadi, 2008).
d. Fungsi
Keluarga
Menurut Effendy (2004),
fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi biologis
a) Untuk
meneruskan keturunan.
b) Memelihara
dan membesarkan anak.
c) Memenuhi
kebutuhan gizi keluaraga.
d) Memelihara
dan merawat anggota keluarga.
2) Fungsi
psikologis
a) Memberikan
rasa aman dan kasih sayang.
b) Memberikan
perhatian di antara anggota keluarga.
c) Membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberikan
identitas keluarga.
3) Fungsi
sosialisasi
a) Membina
sosialisasi pada anak.
b) Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c) Meneruskan
nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi
ekonomi
a) Mencari
sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b) Pengaturan
penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
c) Menabung
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang akan datang, misalnya pendidikan
anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi
pendidikan
a) Menyekolahkan
anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak
sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam mememnuhi perannya sebagai
orang dewasa.
c) Mendidik
anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
d) Memelihara
dan merawat anggota keluarga.
Tugas
kesehatan keluarga Friedman (1998) dalam Murwani (2007) adalah sebagai berikut
:
a. Mengenal
masalah kesehatan
Kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana presepsi keluarga terhadap
tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
presepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
b. Membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Kemampuan keluarga
mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah, bagaimana masalah diraskan oleh keluarga, keluarga menyerah
atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat
atau adakah sikap negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana
system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit.
c. Memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui
keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan,
sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan
atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Kemampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi
keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap
kesehatan keluarga.
e. Mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
Kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan,, seperti kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadan fasilitas
kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas
kesehatan, apakah fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipresepsikan keluarga.
e. Tahap
dan tugas perkembangan keluarga
1) Tahap
perkembangan keluarga
a) Tahap
1 : Pasangan yang baru menikah
Mencipta atau membina
hubungan yang harmonis saling menguntungkan Family Planing :
·
Setelah dua invidu
mengikat hubungan dengan satu perkawinan mereka harus mempersiapkan untuk hidup
bersama saling belajar menyesuaikan diri dan memulai kegiatan rutin secara
bersama.
·
Pasangan mulai
merencanakan kapan mereka menginginkan anak.
b) Tahap
II : Dimulai dengan kelahiran anak
pertama sampai 30 bulan
Adaptasi menjadi orang tua, memenuhi
kebutuhan-kebutuhan bayi atau anak.
·
Kelahiran anak membawa
anggota baru
·
Mempelajari dan
menerima pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah, persiapan
kelahiran berikutnya.
c) Tahap
III : Keluarga dimana anak pertama
usia pra sekolah (30 bln-
6thn).
Mengasuh
anak,menyesuaikan atau menyedikan anak usia Pra sekolah,persiapan kelahiran anak
berikutnya.
d) Tahap
IV : Keluarga dengan anak pertama
usia sekolah (6-13 tahun).
Salah
satu tugas dari orang tua ada tahap ini sosialisai anak, mendorong anak,
mencapai prestasi sekolah, dan memelihara hubungan perkawinan yang harmonis.
e) Tahap
V : Keluarga dengan anak pertama usia remaja
(13-20 tahun).
Menjaga
keseimbangan tanggung jawab bagi remaja, pada tahap ini sering terjadi komplik
antara orang tua remaja.
f) Tahap
VI : Keluarga dengan anak pertama
usia dewasa muda (anak ertama
meningalkan rumah untuk membina keluarga baru sampai anak terakhir).
Melepaskan
anak untuk membina perkawinan, biasanya ibu lebih sulit untuk menerimanya,
sedangkan bapak kariernyasudah memuncak dan lebih banyak menghabiskan waktu
untuk bekerja.
g) Tahap
VII : Orang tua dengan anak usia
pertengahan (mulai anak terakhir meninggalkan rumah).
Menjalin
kembali hubungan perkawinan, membina hubungan dengan generasi baru.
h)
Tahap VIII : Tahap
akhir dari siklus keluarga, keluarga usia tua (salah satu/ keduanya pensiun, salah satu meninggal
dan pada akhirnya keduanya meninggal dunia).
Penyesuaian terhadap pensiun, pasangan meninggal dunia.
Duvall
(1997, dalam Friedman, 2010).
f. Keluarga
resiko tinggi
Keluarga
beresiko tinggi adalah keluarga yang kemungkinan besar menimbulkan stress yang
berlebihan terhadaporang tua dan keluarga.
Stresor-stresor
yang menimbulkan keluarga beresiko tinggi, berasal dari ibu (seperti dari ibu
yang masih remaja), anak (seperti seorang anak yang menderita sakit yang
membahayakn hidup),atau lingkungan keluarga (seperti bencana lokal) (Friedman,
2010).
Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas
utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang
kesehatan, meliputi :
1) Keluarga
dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dngan masalah sebagai berikut :
a) Tingkat
sosial ekonomi keluarga rendah.
b) Keluarga
kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c) Keluarga
dengan keturunan yang kurang baik/ keluarga dengan penyakit keturunan.
2) Keluarga
dengan ibu risiko tinggi kebidanan, waktu hamil :
a) Umur
ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun).
b) Menderita
kekurangan gizi/ anemia.
c) Menderita
hipertensi.
d) Primipara
atau multipara.
e) Riwayat
persalinan dan komplikasi.
3) Keluarga
dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :
a) Lahir
premature/ BBLR.
b) Berat
badan sukar naik.
c) Lahir
dengan caact bawaan.
d) ASIibu
kurang, sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) Ibu
menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi/ anaknya.
4) Keluarga
mempunyai masalah dalm hubungan antara anggota keluarga
a) Anak
yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.
b) Tidak
ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan
ketegangan.
c) Ada
anggota keluarga yang sering sakit.
d) Salah
satu orang tua (suami/ istri meninggal, cerai atau lari meninggalkan keluarga).
(Effendy,
2004).
g. Struktur
Keluarga
Struktur
Keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di
masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya:
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah
yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah
yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami
istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami
istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5) Keluarga
Kawin
Adalah hubungan suami
istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
h. Peran
Keluarga
Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing :
Ayah/ suami, peran
formal : sebagai pemimipin keluarga, mencari nafkah, pendidik,
pelindung/pengayom, dan member rasa aman kepada anggota keluarga. Peran
Informal : sebagai anggota masyarakat/kelompok sosial tertentu.
Ibu/istri, peran formal
: sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung
keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Peran Informal :
Sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai
dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Ali, 2010).
i. Peran
Perawat Keluarga
Ada
banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau
melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut (Murwani,
2007) :
1) Pendidik
Perawat perlu
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut :
(a) Keluarga dapat melakukan program asuhan keperawatan keluarga secara mandiri
dan (b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2) Koordinator
Koordinator diperlukan
pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komperhensif dan tercapai.
3) Pelaksana
Perawat yang bekerja
dengan klien dan jeluarga baik dirumah, klinik maupun rumah sakit bertanggung
jawab dalam memberikan perawatan langsung.
4) Pengawas
Kesehatan
Sebagai pengawas
kesehatan perawat harus melakukan kunjungan atau home visite yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5) Konsultan
Harus ada hubungan
saling percaya antara perawat dengan klien agar keluarga tidak canggung saat
meminta nasihat dari perawat.
Karena perawat sebagai
nara sunber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
6) Kolaborasi
Sebagai perawat di
komunitas, juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas, dan
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
7) Fasilitator
Peran perawat komunitas
disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal.
8) Penemu
Kasus
Peran perawat komunitas
yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini,
sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
9) Modifikasi
Lingkungan
Perawat komunitas juga
harus bisa memodifikasi lingkungan, bai lingkungan rumah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercapai lingkungan yang
sehat.
2.
Konsep
Dasar Penyakit Paru Obstruktif Kronik
a. Pengertian
Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan sejimlah gangguan yang mememngaruhi
pergerakan udara dari dan ke luar paru (Muttaqin, 2008).
Menurut
Somamtri (2009), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Diseases
(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh eningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit
yang memebentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronchial,
bronchitis kronik, dan emfisiema paru-paru, sering juga penyakit-enyakit ini
disebut dengan Chronic Airflow Limitation
(CAL) dan Chronic Obstructive Lung
Diseases (COLD).
Menurut
Tabrani Rab (2010), COPD merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk
produktif dan dispnea dan terjadinya obstrusi saluran nafas sekalipun penyakit
ini bersifat kronis dan merupakan gabungan dari emfisiema, bronkiolitis kronik
maupun asama, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburukan dari fungsi
pernafasan. Dalam beberapa keadaan perubahan dari COPD ini dapat menyebabkan
terjadinya kegagalan pernafasan,oleh karena itu istilah yang sering digunakan
adalah Acute On Chronic Respiratory
Failure (ARCF).
b. Etiologi
Etiologi
pasti penyakit ini belum diketahui. Tapi faktor resiko timbulnya penyakit ini
adalah :
1) Merokok
.
2) Polusi
Udara.
3) Infeksi
paru berulang.
4) Jenis
Kelamin.
5) Ras.
6) Defisiensi
anti oksidan.
7) Umur
c. Patofisioligi
Obstruksi
jalan nafas menyebabakan reduksi aliran udara yang beragam bergantung pada
penyakit. Pada bronchitis kronis dan bronkhiolitis, terajdi penumpukan lendir
dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan nafas. Pada emfisiema,
obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi akibat kerusakan
dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru. Pada
asma, jalan nafas bronchial menyempit dan
membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru. Protokol pengobatan
tertentu digunakan dalam semua kelainan ini, meski patofisiologi dari
masing-masing kelainan ini membentuk pendekatan spesifik.
PPOK
dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan
lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan di tempat kerja merupakan faktor
risiko penting yang menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi
dalam rentang 20-30 tahun. PPOK juga ditemukan terjadi pada indivdu yang tidak mempunyai enzim yang
normal untuk mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.
PPOM
merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk menunjukan awitan (onset)
gejala klinisnya seperti kerusaakan fungsi paru. PPOM sering menjadi
simptomatik selama tahun-tahun usia baya, tetapi insidennya meningkat sejalan
dengan peningkatan usia. Meskipun aspek-aspek fungsi paru tertentu seperti
kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan dengan
peningkatan usia, PPOM dapat memperburuk perubahan fisiologi yang berkaitan
dengan penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan nafas misalnya pada bronchitis
serta kehilangan daya pengembangan (elastisitas) paru misalnya pada emfisisema.
Oleh karena itu, terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi-perfusi pada
klien lansia dengan PPOM.
Terjadinya
penyempitan dari saluran pernapasan yang
disebabkan oleh karena sekresi mucus yang mengental terutama pada pasien
bronchitis dan bronkospasme, Kontraksi dari otot bronkus yang disertai dengan
cairan edema akibat inflamasi pada asma kronik, Destruksi dari parenkim paru
pada emfisiema.
Penyempitan
dari bronkus ini dapat menyebabkan terjadinya obstruksi saluran pernafasan menahun, terjadinya
perangkap udara, oleh karena udara yang masuk sewaktu inspirasi lebih mudah
dari pada waktu ekspirasi. Hal ini ditemukan pada kasus asma dan emfisiema
pulmonal obstruktif (Muttaqin, 2008).
d.
Tanda dan Gejala
Tanda
dan gejala mengarah pada dua tipe pokok, mempunyai gambaran klinik dominan kearah
bronchitis kronis dan gambaran klinik kearah emfisiema :
1) Kelemahan
badan.
2) Batuk.
3) Sesak
nafas.
4) Sesak
nafas saat beraktivitas dan nafas berbunyi.
5) Mengi
atau wheezing.
6) Ekspirasi
yang memanjang.
7) Bentuk
dada (Barrel chest) pada penyakit
lanjut.
8) Penggunaan
otot bantu pernafasan.
9) Suara
nafas melemah.
10)
Edema kaki
e.
Klasifikasi Penyakit
Paru Obstruktif Kronik
Penyakit
yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruktif kronik adalah :
1) Bronkitis
Kronik
a) Pengertian
Bronkitis
kronik adalah inflamasi luas jalan nafas dengan penyempitan/jambatan jalan
napas dan peningkatan produksi sputum, menyebabkan ketidakcocokan
ventilasi-perkusi dan menyebabkan sianosis (Somantri, 2009).
Bronkitis
didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam
satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif
(Somantri, 2009).
b) Etiologi
Penyebab
bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas, tapi factor
resiko yang dapat menyebabkan bronkitis adalah :
(1) Infeksi
: Sytaphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus influenza.
(2) Merokok.
(3) Alergi.
(4) Rangsangan
lingkungan, misal : asap pabrik, asap mobil, asap rokok dan polusi udara.
c) Tanda
gejala
Batuk
produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini bronchitis
kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab, dan
iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering merokok dan
sering mengalami infeksi pernapasan.
d) Pemeriksaan
penunjang
(1) Pemeriksaan
analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia.
(2) Rontgen
dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar.
(3) Pemeriksaan
hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat.
(4) CT-Scan
: ada/tidaknya dilatasi bronchial.
(5) Bronkoskopi.
(6) Bronkografi.
e) Penatalaksanaan
Karena
sifat bronchitis yang menimbulkan ketidakmampuan, stiap upaya-upaya diarahkan
untuk mencegah kekambuhan.
Satu
tindakan esensial adalah untuk menghindari iritan pernapasan (terutama asap
tembakau).
Infeksi
bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotic berdasarkan hasil pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
2) Asma
a) Pengertian
Asma
adalah suatu penyakit yang ditandai denganadanya obstruksi jalan napas yang
hilang secara spontan atau yang disebabkan oleh adanya spasme otot lunak,
bronchial, sekresi mukus yang berlebihan dan oedema yang belebihan.
Asma
Bronchial adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan
meningkatnya respons trachea dan bronchi oleh berbagai rangsangan (Somantri,
2009).
Asma
Bronchiale adalah suatu kondisi deimana bronchus sangat responsive terhadap
stimulus dan bersifat reversible.
b) Etiologi
(1) Faktor
predisposisi
Genetik (keturunan).
(2) Faktor
prestisipasi
(a) Alergi.
(b) Lingkungan
kerja, berkaitan dengan dimana dia bekerja, misalnya orang yang bekerja di
industri tekstil, laboratorium hewan.
(c) Perubahan
cuaca.
(d) Stress.
(e) Olah
raga yang terlalu berat.
c) Klasifikasi
(1) Ekstrinsik
(alergi)
Penyebabnya bisa dari
debu, serbuk bunga, bulu binatang dan spora jamur.
(2) Intrinsik
(non alergi)
Beraksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau diketahui, seperti udara dingin dan emosi.
(3) Gabungan
Gabungan dari alergi
dan non alergi.
d) Tanda
gejala
(1) Tingkat
I
Secara klinis normal
tanpa kelainan pemeriksan fisik dan fungsi paru.Timbul bila ada faktor pencetus
baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
(2) Tingkat
II
Tanpa keluhan dan
kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukan adanya tanda-tanda
obstruksi jalan napas.
Banyak dijumpai pada
klien setelah sembuh serangan.
(3) Tingkat
III
Tanpa keluhan.
Pemeriksaan fisik dan
fungsi paru menunjukan adanya obstruksi jalan napas.
Penderita sudah sembuh
dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
(4) Tingkat
IV
Klien mengeluh batuk,
sesak napas dan napas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan
fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan napas.
(5) Tingkat
V
Status asmatikus yaitu
suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang bersifat refractor
sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan
penyakit obstruksi jalan napas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat
timbul gejala seperti : kontraksi otot-otot pernapasan, cyanosis, gangguan
kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
e) Penatalaksanaan
(1) Pengobatan
farmakologik :
(a) Simpatomimetik/andrenergik
(Adrenalin dan efedrin).
Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent).
Fenoterol (berotec).
Terbutalin (bricasma).
(b) Santin
(teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam
supp).
Aminofilin (Eufhilin
Retard).
Teofilin (Amilex).
(2) Pengobatan
non farmakologik
(a) Memberikan
penyuluhan.
(b) Menghindari
faktor pencetus.
(c) Pemberian
cairan.
(d) Fisiotherapy.
(e) Beri
O2 bila perlu.
3) Emfisiema
a)
Pengertian
Emfisiema
didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal
cengan kerusakan dinding alveoli (Bruner & Suddarth, 2002).
Emfisiema
merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang
udara didalam paru-paru di sertai destruksi jaringan (WHO).
b)
Tanda gejala
(1) Dispnea.
(2) Takipnea.
(3) Krekles,
ronchi, perpanjangan ekspirasi.
(4) Hipoksemia.
(5) Anoreksia.
(6) Penurunan
BB.
(7) Kelemahan.
c)
Penatalaksanaan
(1) Penatalaksanaan
umum
(a) Pendidikan
kesehatan.
(b) Menghindari
rokok dan zat inhalasi.
(c) Menghindari
infeksi saluran napas.
(2) Pemberian
obat-obatan
(a) Bronkodilator.
(b) Kortikosteroid.
(c) Ekspectoran
dan mucolitik.
(d) Antibiotik.
(3) Terapi
oksigen.
(4) Latihan
fisik.
(5) Fisioterafi.
f.
Komplikasi Penyakit
Paru obstruktif Kronik
1) Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan
sebagai penurunan nilai PaCO2 < 55 mmHg, dengan nilai saturasi
oksigen < 85%. Pada awalnya klien mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa, Pada tahap lanjut
akan timbul sianosis.
2) Asidodis
Respiratori
Timbul akibat dari
peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain
nyeri kepala, fatigue, letargi, dizzinies
dan takipnea.
3) Infeksi
Respiratori
Infeksi pernapasan akut
disebabkan karena peningkatan produksi mucus dan rangsangan otot polosbrinkial
serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja
napas dan timbulnya dispnea.
4) Gagal
Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal
jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien
dengan dispnea berat,. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis
kronis, tetapi klien dengan emfisiema berat juga mengalami masalah ini.
5) Kardiak
Disritmia
Timbul karena
hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratori.
6) Status
Asmatikus
Merupakan komplikasi
mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini sangat berat,
potensial mengancan kehidupan, dan sering kali tidak berespons terhadap terapi
yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher
sering kali terlihat pada klien dengan asma (Somantri, 2009).
g. Penatalaksanaan
Tujuan
penatalaksanaan PPOK adalah :
1) Memperbaiki
kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya fase akut tetapi jugapada fase
kronik.
2) Memperbaiki
kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3) Mengarungi
laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya bisa dideteksi lebih awal.
4) Memelihara
kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan secret
yang berlebihan.
5) Memelihara
keefektifan pertukaran gas.
6) Mencegah
dan mengobati infeksi saluran pernapasan.
7) Meningkatkan
toleransi latihan.
8) Mencegah
adanya komplikasi ( gagal napas akut dan status asmatikus ).
9)
Mencegah alergi atau
iritasi jalan napas.
10)
Membebaskan adanya
kecemasan dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya obstruksi jalan
napas kronis.
3.
Dampak
Penyakit Terhadap Fungsi Keluarga
a.
Fungsi biologis
Dalam memenuhi kebutuhan biologis, keluarga
tidak berfungsi secara maksimal karena anggota keluarganya yang menderita
Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang
membutuhkan perhatian untuk memenuhi kebutuhanya.
b.
Fungsi psikologis
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ini sangat
mempengaruhi terhadap psikologis penderita atau keluarga karena akan
menimbulkan kecemasan. Apalagi setelah tahu bahwa penyakit tersebut akan
menimbulkan komplikasi yang lebih parah..
c.
Fungsi sosial
Keadaan sakit mengakibatkan aktivitas
seseorang menjadi terbatas salah satunya dalam bersosialisai dan berinteraksi
baik di dalam maupun dengan masyarakat luar sekitarnya. Kunjngan pada
acara-acara tertentu seperti pengajian pun jadi terganggu.
d.
Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan seperti penanaman akhlak
yang baik, pengetahuan dan keterampilan sehubungan dengan fungsi lainnya akan
terganggu.
e.
Fungsi ekonomi
Salah satu unsur untuk meningkatkan
kesehatan yaitu dengan cara melakukan pengobatan, untuk itu biaya yang
diperlukan keluarga menjadi lebih besar sehubungan dengan adanya anggota
keluarga yang sakit.
4.
Pengkajian
Lansia
a.
Identifikasi masalah
emosional
Pertanyaan tahap I
1) Apakah
klien mengalami sukar tidur ?
2) Apakah
klien sering merasa gelisah ?
3) Apakah
klien sering murung atau menangis sendiri ?
4) Apakah
sering was-was atau kuatir ?
Lanjutkan
tahap 2, jika lebih atau sama dengan satu jawab “ya”
Pertanyaan tahap 2
1) Keluhan
lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalamsatu bulan ?
2) Ada
masalah atau banyak pikiran ?
3) Ada
gangguan/masalah dengan keluarga lain ?
4) Menggunakan
obat tidur/penenang atas anjuran dokter ?
5) Cenderung
mengurung diri ?
Bila lebih atau sama dengan 1 jawaban “ya”
Masalah
emosional klien positif (+)
b. Pengkajian
fungsional klien
1) Katz
Indeks
a)Mandiri
dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi toilet,
berpindah dan mandi.
b) Mandiri
semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas.
c)Mandiri,
kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
d) Mandiri
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
e)Mandiri
kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain.
f) Mandiri
kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
g) Ketergantungan
untuk semua fungsi diatas.
h) Lain-lain
Keterangan
:
Mandiri
berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskpun ia dianggap mampu.
2) Barthel
Indeks
Tabel 2.1
Barthel Indeks
No
|
Kriteria
|
Dengan Bantuan
|
Mandiri
|
Keterangan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Makan
|
5
|
Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:
|
|
2
|
Minum
|
5
|
Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:
|
|
3
|
Berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur, sebaliknya
|
5-10
|
||
4
|
Personal toilet
(cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)
|
0
|
Frekuensi
|
|
5
|
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
|
5
|
||
6
|
Mandi
|
5
|
Frekuensi
|
|
7
|
Jalan kepermukaan
datar
|
0
|
||
8
|
Naik turun tangga
|
5
|
||
9
|
Mengenakan pakaian
|
5
|
||
10
|
Kontrol bowel (BAB)
|
5
|
Frekuensi:
Konsistensi:
|
|
11
|
Kontrol bladder
(BAK)
|
5
|
Frekuensi:
Warna:
|
|
12
|
Olahraga/latihan
|
5
|
Jenis:
|
|
Rekreasi/pemanfaatan
waktu luang
|
5
|
Jenis:
Frekuensi:
|
||
Jumlah
|
Keterangan :
a. 130
: mandiri
b. 65-125
: ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
3) Aspek
kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan mini mental status exam (MMSE)
Tabel 2.2
MMSE
No
|
Aspek kognitif
|
Nilai maksimal
|
Nilai klien
|
Kriteria
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
6
|
Orientasi
Orientasi
Registrasi
Perhatian dan kalkulasi
Mengingat
Bahasa
|
5
3
3
5
3
9
|
Menyebutkan dngan
benar ?
o
Tahun
o
Musim
o
Tangal
o
Hari
o
Bulan
Dimana
kita sekarang berada ?
o
Negara
o
Propinsi
o
Kota
o
RT
o
RW
Sebutkan
nama tiga objek (pemeriksa) satu detik untuk mengatakan masing-masing objek.
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga objek tadi (sebutkan)
o
Kursi
o
Meja
o
Pintu
Minta
klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat
o
93
o
86
o
79
o
72
o
65
Minta
klien untuk mengulangi ketiga objek pada no 2 tadi.
Tunjukan
pada klien suatu benda dan tanyakan namanya pada klien
o
Buku
o
Jam
tangan
Minta
klien untuk mengulang kata berikut : “tak ada jika, dan atau tetapi”
o
Pertanyaan
benar dua buah: tak ada tetapi
Minta
klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri atas tiga langkah “ambil
kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai”.
o
Ambil
kertas ditangan anda
o
Lipat
dua
o
Taruh
dilantai
Perintahkan
klien untuk hal berikut
o
“tutup
mata anda”
Perintahkan
pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar
o
Tulis
satu kalimat
o
Menyalin
gambar
|
|
Jumlah
|
Keterangan :
>23 : aspek kognitif dari fungsi
mental baik
18-22 : kerusakan aspek mental ringan
≤ :
terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
4) Pengkajian
status mental
a)Identifikasi
tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan short portable mental status
questioner (SPSMQ)
Tabel 2.3
SPSMQ
Benar
|
Salah
|
No
|
Pertanyaan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
|
Tanggal berapa hari
ini ?
Hari apa sekarang ?
Apa nama tempat ini
?
Dimana alamat anda ?
Berapa umur anda ?
Kapan anda lahir ?
(minimal tahun)
Siapa presiden
Indonesia sekarang ?
Siapa presiden
sebelumnya ?
Siapa nama ibu anda
?
Kurangi 3 dari 20 ?
|
||
Keterangan
:
a. Salah
0-3 : fungsi
intelektual utuh
b. Salah
4-5 : kerusakan
intelektual ringan
c. Salah
6-8 : kerusakan
intelektual sedang
d. Salah
9-10 : kerusakan
intelektual berat
b) Pengkajian
keseimbangan untuk klien lansia (adaptasi dan dimodifikasi dari Tinneti, ME,
Ginter, dan SF, 1998)
Pengkajian
keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari dua komponen
tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi oleh
perawat. Kedua komponen tersebut adalah :
(1) Perubahan
posisi atau gerakan keseimbangan dari kondisi dibawah ini :
Beri nilai nol jika klien tidak menunjukan
kondisi dibawah ini atau beri nilai satu jika klien menunjukan salah satu.
- Bangun
dari kursi (dimasukan dalam analisa)*
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali
gerakan, tetapi mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak kebagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
- Duduk
ke kursi (dimasukan dalam analisa)*
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di
tengah kursi.
Keterangan : (*) kursi yang keras dan tanpa
lengan.
- Menahan
dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum dengan perlahan-lahan
sebanyak tiga kali)
Klien menggerakan kaki, memegang objek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisinya. Beri nilai satu jika klien
menunjukan kondisi diatas dan beri nilali nol jika klien tidak menunjukan
kondisi tersebut.
Mata
tertutup :
Sama
seperti diatas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangan). Beri nilai satu jika klien menunjukan kondisi diatas dan beri
nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut.
- Pemutaran
leher
Menggerakan kaki, memegang objek untuk
dukungan ; kaki tidak menyentuh sisinya, keluhan pertigo, pusing atau keadan
tidak stabil. Beri nilai satu jika klien tidak menunjukan kondisi diatas dan
beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut.
- Gerakan
menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan
bahu fleksi seoenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak
stabil, memegang sesuatu untuk dukungan. Beri nilai satu jika klien menunjukan
kondisi diatas dan beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut.
- Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil
objek-objek kecil (misal, pulpen dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri
lagi, memerlukan usaha-usaha untuk bangun). Beri nilai satu jika klien
menunjukan kondisi diatas dan beri nilai nol jika klien tidak menunjukan
kondisi tersebut.
(2) Komponen
gaya berjalan atau gerakan
Beri
nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini atau beri nilai satu
jika klien menunjukan salah satu dari kondisi di bawah ini :
- Minta
klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan, ragu-ragu, tersandung, memegang
objek untuk dukungan.
- Ketinggian
langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah).
Kaki tidak naikm dari lantai secara
konsisten (menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (lebih
dari 5cm).
- Kontinuitas
langkah kaki (lebih baik diobsrvasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal, langkah
menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat kaki sementara kaki yang lain
menyentuh lantai.
- Kesimetrisan
langkah (lenih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi lain.
- Penyimpangan
jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi lain.
- Berbalik
Berhenti sebelu mulai berbalik, jalan
sempoyongan, bergoyang, memegang objek untuk dukungan.
Interpretasi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh
klien, yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
0-5 : resiko jatuh rendah
6-10 : resiko jatuh sedang
11-15 : resiko jatuh tinggi
B. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
Asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
(Murwani, 2007).
Tahapan dari proses keperawatan
keluarga meliputi:
1. Pengkajian
keluarga dan individu di dalam keluarga. Yang termasuk pada pengkajian keluarga
adalah :
a. Mengidentifikasi
data demografi dan sosial kultural.
b. Data
lingkungan.
c. Struktur
dan fungsi keluarga.
d. Stress
dan strategi koping yang digunakan keluarga.
e. Perkembangan
keluarga.
Sedangkan yang termasuk pada
pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga, adalah pengkajian :
a. Fisik.
b. Mental.
c. Emosi.
d. Sosial.
e. Ekonomi.
2. Perumusan
diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Tipologi
dari diagnosis keperawatan :
a. Actual
(terjadi gangguan kesehatan).
b. Risiko
(ancaman kesehatan).
c. Potensial
(keadaan sejahtera).
3. Penyusunan
perencanaan
Perencanaan disusun
dengan menyusun prioritasmenetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga,
dan menyeleksi intervensi keperawatan.
4. Pelaksanaan
asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah
disusun dilaksanakan dengan mobilisasi sumber-sumber daya yang ada dikeluarga,
masyarakat dan pemerintah.
5. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi,
perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
1.
Tahap
Pengkajian
Pengkajian
adalah suatu tahap dimana seorang perawat mengambil secara terus-menerus
terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam pengkajian dapat menggunakan metode : Wawancara keluarga,
observasi fasilitas rumah pemeriksaan fisik dan anggota keluarga (dari ujung
rambut ke ujung kaki) data sekunder, contoh hasil laboratorium, hasil X-ray,
pap smear dam sebagainya.
Sedangkan tahapan pengkajian adalah
sebagai berikut :
a. Pengumpulan
data
Data-data yang
dikumpulkan terdiri dari :
1) Catatan
status kesehatan keluarga, yang terdiri dari :
a) Identitas
puskesmas
Mencantumkan nama
puskesmas tempat keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan wilayah
kerja Puskesmas.
b) Nomor
register
Mencantumkan nomor urut
keluarga disesuaikan dngan aturan yang ada di Puskesmas.
c) Tanggal
Mencantumkan tanggal,
bulan dan tahun ketika dilakukan pengkajian keluarga.
d) Jarak
untuk mencapai pelayanan terdekat
(1) Kurung
pertama diisi dengan mencantumkan jarak puskesmas
atau puskesmas pembantu dan rumah keluarga yang dikaji dengan menggunakan satuan
jarak.
Tulis 1 jika
menggunakan satuan meter, tulis 2 jika menggunakan satuan kilometer.
(2) Kolom
kedua diisi berdasarkan keluarga mencapai pelayanan kesehatan terdekat. Tulis 1
jika Puskesmas atau Puskesmas pembantu dapat dicapai dengan jalan kaki. Tulis 2
jika menggunakan sepeda. Tulis 3 jika menggunakan motor roda 2. Tulis 4 jika
menggunakan motor roda 4. Tulis 5 jika menggunakan perahu.
2) Struktur
Keluarga
a) Identitas
kepala keluarga
(1) Nama
kepala keluarga
Mencantumkan nama
kepala keluarga dimana pengkajian keluarga dilakukan.
(2) Alamat
Mencantumkan alamat
lengkap keluarga yang dilakukan pengkajian.
b) Daftar
anggota keluarga
(1) Nama
anggota keluarga
Menuliskan nama anggota
keluarga yang tinggal dirumah.
(2) Hubungan
dengan kepala keluarga
Hubungan dengan setiap anggota
keluarga dengan kepala keluarga seperti : isteri, anak, adik.
c) L/P
Untuk jenis kelamin
laki-laki ditulis L. Untuk jenis kelamin perempuan ditulis P.
d) Umur
Mencantumkan usia-usia
dari setiap anggota keluarga.
e) Pendidikan
Mencantumkan tingkat pendidikan
terakhir anggota keluarga.
f) Pekerjaan
Mencantumkan pekerjaan
anggota keluarga.
g) Agama
Mencantumkan agama yang
dianut oleh setiap anggota keluarga.
h) Keadaan
kesehatan
Mengkaji keadaan
kesehatan anggota keluarga saat ini secara umum diisi dengan menggunakan
keterangan sehat atau sakit.
i) Imunisasi
Mengkaji apakah anggota
keluarga pernah mendapatkan imunisasi. Diisi menggunakan keterangan ya/ tidak.
j) KB
Mengkaji apakah keluarga
menggunakan metode KB diisi dengan menggunakan keterangan ya/ tidak.
k) Bahasa
Indonesia
Mengkaji apakah
keluarga mampu berbahasa dengan baik. Diisi dengan menggunakan keterangan ya/
tidak.
l) Keterangan
Diisi jika ada
informasi tambahan.
Tabel 2.4
No
|
Nama
Anggota
|
Hub
kel
|
L/P
|
Umr
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Agama
|
Keadaan
Sehat
|
Imun
|
KB
|
Ket
|
Komposisi
Keluarga
m) Genogram
Simbol yang bisa
digunakan :
Perempuan
|
Menikah
|
Meninggal
|
Tinggal dalam satu rumah
|
Cerai
|
Identifikasi Klien
|
Lak-laki
|
a. Tipe
keluarga
Menjelaskan mengenai
tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe keluarga
saat ini.
b. Tipe
bangsa
Mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan.
c. Agama
Mengkaji agama yang
dianut oleh keluarga dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan keluarga.
d. Status
sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi
keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun dari
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan
pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki keluarga.
e. Aktivitas
rekreaksi keluarga
Rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas reaksi.
f. Riwayat
dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap
perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. Contoh: Keluarga
bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan anak kedua
berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahapan perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah. Biasanya PPOM terjadi pada perkembangan
keluarga tahap VII, karena PPOM terjadi pada usia 30-40 tahun keatas.
2) Tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan secara
singkat mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendala
mengapa tugas perkembanagan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat
keluarga inti
Menjelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat
keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
g. Bioligis
keluarga
1) Keadaan
lingkungan
“Pada
penderita asma ada banyak faktor non imunologi atau non alergi terhadap
lingkungan yang dapat memicu timbulnya asma, ketika seseorang rentan terhadap
zat iritasi yang dapat menimbulkan asma seperti asap rokok, polusi udara dan
bahan kimia. Beberapa pemicu lain dari asma adalah tungau debu, kecoa dan
bahkan patogen” Buku Pedoman Asma
(Purnomo,2008, http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1825/1/jurnal.pdf,diperoleh tanggal 03 Juli 2013).
2) Kebersihan
keluarga
Mengkaji kebersihan
tubuh anggota keluarga secara umum berdasarkan observasi maupun wawancara.
3) Penyakit
sering diderita
Mengidentifikasi
anggota keluarga yang sering sakit / pernah sakit / sedang sakit.
4) Penyakit
Kronik atau menular
Menjelaskan mengenai jenis penyakit kronik ataupun penyakit menular yang
diderita oleh anggota keluarga.
5) Kecacatan
anggota keluarga
Menjelaskan keadaan
penampilan fisik anggota keluarga dengan kecacatan bawaan maupun kecacatan uang
didapat.
6) Pola
makan
Konsumsi ikan laut,
telur, susu, buah-buahan, makanan yang mengandung zat pewarna buatan seperti
vetsin dan pengawet.
7) Pola
istirahat
Menjelaskan mengenai
kebiasaan istirahat / tidur keluarga meliputi berapa jam sehari, pada jamberapa
keluarga tidur, dan adakah kendala yang mempengaruhi pola istirahat keluarga.
8) Reproduksi/Akseptor
KB
Menjelaskan mengenai
jumlah anak, perencanaan pengaturan jumlah anak, metode KB yang digunakan dan
masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi keluarga.
9) Psikologi
keluarga
a) Keadaan
emosi/mental
Menjelaskan kondisi
emosi atau mental keluarga terutama dalam hubungannya dengan anggota keluarga
lain dan jika menghadapi masalah yang ada di keluarga.
b) Koping
keluarga
Menjelasakan mengenai
strategi koping/ cara keluarga menyikapi masalah yang terjadi pada keluaraga.
c) Kebiasaan
buruk
Menjelaskan mengenai
kebiasaan-kebiasaan keluarga yang berpengaruh buruk terjhadap kesehatan
keluarga seperti merokok, NAPZA, dll.
d) Pola
komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai
cara keluarga berkomunikasi satu dengan yang lain didalam keluarga.
e) Pengambilan
keputusan
Menjelaskan mengenai
siapa yang biasa berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga terkait
dengan kemampuannya dalam mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
mengubah perilaku ataukah dilakukan dengan cara lain misal, musyawarah
keluarga.
f) Peran
informal
Menjelaskan peran
informal dari setiap anggota keluarga. Contoh : penurut, motivator, inovator,
dictator, dll.
10)
Sosial ekonomi keluarga
a) Hubungan
dengan orang lain
Menjelaskan mengenai
hubungan anggota keluarga dengan orang lain, termasuk teman, tetangga dan
masyarakat sekitarnya.
b) Kegiatan
organisasi sosial
Menjelaskan kegiatan
yang diikiti keluarga dalam organisasi sosial atau perkumpulan sosial. misalnya
: kelompok pengajian, karang taruna, LSM, dll.
c) Keadaan
ekonomi
Ditentukan oleh
pendapatan keluarga, tingkat ekonomi keluarga yang rendah biasanya lebih
beresiko terkena asma dari pada keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi.
d) Spiritual
Keluarga
(1) Keadaan
beribadah
Menjelaskan mengenai
kebiasaan keluarga dalam melakukan aktivitas ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya.
(2) Keyakinan
tentang kesehatan
Menjelaskan mengenai
keyakinan atau kepercayaan keluarga tentang keehatan. Dapat dikaji melalui
pandangan hidup keluatga terhadap keadaan sehat. Seperti “sehat itu mahal“ atau
“lebih baik mencegah dibandingakn mengobati.”
(3) Nilai
dan norma
Menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga. Meliputi sesuatu yang dianggap baik atau
buruk oleh keluarga. Dapat juga dikaji kesesuaian antara nilai dan norma
keluarga dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
(4) Adat
yang mempengaruhi kesehatan
Menjelaskan mengenai
adat atau tabu-tabu yang dianut oleh keluarga dan pengaruhnya terhadap
kesehatan keluarga.
11)
Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik
rumah
(1) Jenis
rumah
Menjelaskan keadaan
rumah, jenis rumah keluarga, permanen, lantai rumah, genting, kepemilikan dan
luas rumah.
(2) Denah
rumah
Menggambarkan tata
letak rumah keluarga.
(3) Kebersihan
dan kerapihan
Menjelaskan mengenai
keadaan kebersihan dan kerapihan didalam maupun diluar rumah.
(4) Penerangan
Menjelaskan keadekuatan
penerangan di dalam rumah, termasuk didalamnya sumber penerangan, sinar
matahari yang masuk kedalam rumah.
(5) Ventilasi
Menjelaskan mengenai
keadekuatan sirkulasi udara didalam rumah. Termasuk sarana yang memngkinkan
udara keluar masuk rumah.
(6) Jamban
Menjelaskan mengenai
kondisi fasilitas MCK. Termasuk didalamnya kepemilikan, jumlah, jenis, jarak
dari ruah dan kebersihannya.
(7) Sumber
air minum
Menjelaskan mengenai
sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Termasuk jenis (PAM,,
mata air, air sumur, pompa tanah dll) keterbatasan air bersih untuk kebutuhan
keluarga.
(8) Pemanfaatan
halaman
Menjelaskan mengenai bagaimana
keluarga memanfaatkan halaman yang ada.
(9) Pembuangan
air kotor
Menjelaskan mengenai
pembuangan air kotor, seperti dialirkan ke sungai, menggunakan septic tank,
termasuk jarak pembuangan dari rumah.
(10) Pembuangan
sampah
Menjelaskan bagaimana
cara keluarga mengelola sampa, misal: dibakar, ditimbun, didaur ulang, dibuang
ke sungai, diangkut dan lain-lain.
(11) Sumber
pencemaran
Menjelaskan mengenai
apakah terdapat suber pencemaran didekat rumah. Terkait dengan jenis pencemaran
(polusi) jenis zat pencemar (polutan), jarak dari rumah, tindakan yang telah
dilakukan dalam menanggulangi masalah tersebut dan lain-lain.
b) Karakteristik
tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik
dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan
fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
c) Mobilitas
geografis keluarga
Mobilitas geografis
keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang
ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e) Sistem
pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem
pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan, fasilitas
untuk mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau didukung oleh masyarakat.
12) Pengkajian
fungsi keluarga
a) Fungsi
afektif
Mengkaji fungsi efektif
keluarga adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
b) Fungsi
sosialisasi
Mengkaji fungsi
sosialisai keluarga adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi
perawatan keluarga
Untuk fungsi
keperawatan keluarga, kaji sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga
didalam melaksanakan perawatn kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
dalam melaksanakn 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu : Keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi
reproduksi
Sedangkan fungsi
reproduksi yang harus dikaji pada keluaraga adalah berapa julah anak, bagaimana
keluarga merecanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi
ekonomi
Hal
yang perlu dikjai mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauhmana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauhmana keluarga memanfaatkan
sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
13)
Pemeriksaan fisik
Pada
pemeriksaan fisik dari normal sampai didapatnya kelainan, selain itu perlu
diperhatikan tana-tanda asma dan penyakit alergi lainnya, Tanda lain yang
sering ditemukan adalah suara wheezing (mengi), tetapi pada sebagian pasien asma
tidak terdapat mengi diluar serangan. Pada serangan asma umumnya disertai mengi
dan tanda-tanda lainnya.
Pasien
yang mengalami serangan asma, pada pemeriksaan fisik ditemukan:
a) Inpeksi
Biasanya pemerisaan
fisik pada pasien asma terlihat gelisah, sesak (napas cuping hidung, napas
cepat, retraksi otot dada), sianosis Buku Pedoman Asma (Depkes,2009,http://www.Depkes.go.id,diperoleh
tanggal 03 Juli 2013).
b) Palpasi
Palapasi biasanya tidak
ada kelainan yang nyata (pada serangan yang berat dapat terjadi pulsus
paradoksus).
c) Perkusi
Biasanya tidak ada
kelainan yang nyata pada enderita PPOK.
d) Auskultasi
Ekspirasi memanjang,
wheezing.
2.Analisa
Data
Didalam menganalisa
data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembanagn kesehatan
keluarga yaitu :
a)
Keadaan kesehatan yang
normal dari setiap anggota keluarga, meliputi
(1)
Keadaan kesehatan
fisik, mental, sosial anggota keluarga
(2)
Keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anggota keluarga
(3)
Keadaan gizi naggota
keluarga
(4)
Status imunisasi
anggota keluarga
(5)
Kehamilan dan keluarga
berencana
b)
Keadaan rumah dan
sanitasi lingkungan, meliputi
(1)
Rumah meliputi :
ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi luas rumah dibandingkan dengan
jumlah anggota keluarga dan sebagainya
(2)
Sumber air minum
(3)
Jamban keluarga
(4)
Tempat pembuangan air
limbah
(5)
Pemanfaatan pekarangan
yang ada dan sebagainya
c)
Karakteristik keluarga
(1)
Sifat-sifat keluarga
(2)
Dinamika dalam keluarga
(3)
Komunikasi dalam
keluarga
(4)
Interaksi antar anggota
keluarga
(5)
Kesanggupan keluarga
dalam membawa perkembangan anggota keluarga
(6)
Kebiasaan dan
nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
2.
Perumusan
masalah dan penegakan diagnosa
keperawatan
a. Perumusan
diagnosa
Diagnosa
keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian
yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi
yang berasal dan pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan
mengacu pada rumusan PES dimana untuk problem dapat menggunakan rumusan NANDA.
Tipologi
dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari : actual (terjadi defisit atau
gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (Wellness).
b. Masalah
keperawatan yang mungkin muncul
Menurut
A Carpenito (2000). Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan) dari
individu atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan menurukan, membatasi dan merubah (Nursalam,2001).
Diagnosa
keperawatan dibuat berdasarkan analisa data pasien. Berikut adalah beberapa
rawatan yang terapat pada klien dengan penyakit paru obstruktif kronik, namun
demikian bukan berarti bahwa diagnosa keperawatan pada klien ini terbatas hanya pada yang disebutkan
disisni saja.
Kemungkinan
diagnosa yang mungkin muncul pada peynakit paru obstruktif kronik :
1) Tidak
efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan
produksi sekret.
2) Pola
pernapasan tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, sekret dan iritan jalan napas.
3) Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi
sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea.
4) Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya suplai oksigen.
5) Kurang
pengetahuan tentang kondisi tindakan berhubungan dengan kurang informasi.
Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau
diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga. Faktor yang dapat mempengaruhi peentuan
prioritas masalah adalah :
a. Sifat
masalah, bobot yang paling berat diberikan pada tidak/ kurang sehat yang
pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari, dirasakan oleh
keluarga.
b. Kemungkinan
masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor
sebagai berikut :
1) Pengetahuan
yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.
2) Sumber
daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga.
3) Sumber
daya perawat: dalam bentuk pengewtahuan keterampilan dan waktu.
4) Sumber
daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas dalam masyarakat.
c. Potensial
masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
1) Kepekaan
dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
2) Lamanya
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
3) Tindakan
yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam mempengaruhi masalah.
4) Adanya
kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Menonjolnya
masalah, perawat perlu menilai presepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut.
Nilai skore tertinggi
yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga untuk dapat
menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala
prioritas seperti berikut :
Tabel
2.5
Menentukan
skala Prioritas
No
|
Kriteria
|
Skore
|
Bobot
|
1
|
Sifat masalah
Skala :
-
Tidak
/ kurang sehat
-
Ancaman
kesehatan
-
Sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala :
-
Mudah
-
Sebagian
-
Tidak
dapat diubah
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensi masalah untuk dicegah
-
Tinggi
-
Sedang
-
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya masalah
-
Masalah
berat, harus segera ditangani
-
Ada
masalah, tidak perlu segera ditangani
-
Masalah
tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
(Sumber: Murwani, 2007)
Skoring:
a. Tentukan
skore untuk setiap criteria
b. Skore
dibagi dengan angkatertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skore
Angka tertinggi X Bobot
c. Jumlahkanlah
skore untuk semua criteria
3.
Penyusunan
perencanaan
a. Menetapkan
tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan
adalah pernyataan yang menggambarkan perilaku klien atau keluarga yang
dapatdiukur, yang menunjukan status yang diinginkan (berubah atau
dipertahankan) setelah asuhan keperawatan diberikan. Tujuan keperawatan harus
mewakili status yang diinginkan yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui
program intervensi keperawatan (mandiri).
Dalam penyususnan
tujuan keperawatan keluarga perawat harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Tujuan
harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan untuk mencapai suatu hasil.
2) Kriteria
hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar bisa diukur dan
dicapai oleh keluarga.
3) Tujuan
menggambarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dapat dipilih oleh
keluarga.
4) Tujuan
harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosa keperawatan keluarga
dan faktor-faktor yang berhubungan.
5) Tujuan
harus menggambarkan kemampuan atau tanggung jawab keluarga dalam pemecahan
masalah.
6) Penyusunan
tujuan harus bersama-sama dengan keluarga
Dalam menyusun tujuan
terdapat dua macam yaitu tujuan jangka pendek (khusus), dan tujuan jangka
panjang (umum). Hal ini bertujuan untuk membedakan masalah yang dapat diselesaikan
sendiri oleh keluarga dan masalah yang harus diserahkan pada tim keperawatan
atau kolektif.
a) Tujuan
jangka pendek (tujuan khusus) sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dimotivasi
atau member kepercayaan pada keluarga bahwa kemajuan sedang dalam proses dan
membingbing keluarga kearah tujuan yang jangka panjang atau umum.
b) Tujuan
jangka panjang (umum) merupakan tujuan akhir yang menyatakan maksud-maksud luas
yang diharapkan oleh keluarga agar dapat tercapai.
b. Rencana
tindakan keperawatan keluarga
Rencana tindakan
keperawatan adalah menyusun alternatif-alternatif dan mengidentifikasi
sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan diri, sumber pendukung
atau bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dalam keluarga.
Rencana tindakan
keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan :
a) Menstimulasi
kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan.
b) Menstimulasi
keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.
c) Memberikan
kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Membantu
keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan keluarga.
e) Memotivasi
keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.
Tabel 2.6
Perencanaan Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan dan kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
2
3
4
5
|
Tidak
efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan
produksi sekret.
Pola
pernapasan tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, sekret dan iritan
jalan napas.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang informasi.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi
sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan tidakseimbangnya suplai oksigen.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien akan memperlihatkan keefektifan bersihan
jalan napas dengan kriteria :
-
RR
dalam batas normal (16-20x/menit)
-
Tidak
ada suara napas tambahan
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan menunjukan perbaikan
pola pernapasan, dengan kriteria :
-
Klien
mengatakan sesak napas berkurang atau hilang.
-
Klien
mampu batuk efektif.
-
Batuk
dan sputum berkurang atau hilang.
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien mampu untuk mengetahui tentang
pengertian/informasi PPOM, dengan kriteria:
-
Menyatakan
pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
-
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi klien
secara adekuat, dengan kriteria: Menunjukan peningkatan berat badan.
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan aktifitas klien terpenuhi, dengan kriteria:
-
Melaporkan/menunjukan
peningkatan toeransi terhadap aktifitas.
|
-
Auskultasi
bunyi napas.
-
Kaji
frekuensi pernapasan
-
Hindarkan
dari polusi lingkungan misal : asap, debu, bulu bantal.
-
Bantu
klien untuk melakukan batuk efektif dan napas dalam.
-
Berikan
posisi yang nyaman pada pasien: peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
-
Kaji
frekuensi pernapasan.
-
Anjurkan
minum hangat.
-
Bantu
klien untuk melakukan batuk efektif dan napas dalam.
-
Kaji
pengetahuan klien tentang penyakit PPOM.
-
Menjelaskan
kepada klien tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, pengobatan, penyakit
yang termasuk PPOM.
-
Timbang
BB.
-
Kaji
kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.
-
Motivasi
klien dalam peningkatan nutrisinya.
-
Anjurkan
klien untuk diet TKTP.
-
Berikan
porsi makan kecil tapi sering.
-
Evaluasi
respon klien terhadap aktifitas.
-
Berikan
lingkungan yang nyaman dan tenang.
-
Jelaskan
pentingnya istirahat dan perlunya keseimbangan antara aktivitas dengan
istirahat.
|
-
Adanya
bunyi napas tambahan membuktikan adanya sumbatan jalan napas.
-
Takipnea
ada pada derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan/selama stress adanya
infeksi akut.
-
Penyebab
tunggal yang penting terjadinya iritasi saluran pernapasan adalah udara.
-
Meningkatkan
gerakan sekret ke jalan napas sehingga mudah untuk dikeluarkan.
-
Meningkatkan
ekspansi paru lebih baik.
-
Takipnea
ada pada derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan/selama stress adanya
infeksi akut.
-
Membantu
mengencerkan sputum sehingga mudah untuk dikeluarka.
-
Meningkatkan
gerakan sekret ke jalan napas sehingga mudah untuk dikeluarkan.
-
Mengetahui
pemahaman klien tentang penyakit PPOM.
-
Meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman klien tentang penyakit PPOM.
-
Untuk
mengetahui berat badan klien.
-
Pasien
distress pernapasan akut sering anoreksia karena produksi sputum yang
berlebih.
-
Meningkatkan
kesadaran klien tentang pentingnya nutrisi dalam proses penyembuhan.
-
Meningkatkan
kondisi tubuh agar lebih baik.
-
Meningkatkan
intake meski napsu makan lambat kembali dan menghindari mual.
-
Memberikan
kemampuan/kebutuhan klien dalam memfasilitasi dalam pemilihan intervensi.
-
Mengurangi
stress dan stimulasi yang berlebihan, meningkatkan istirahat.
-
Bedrest
akan memelihara selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metaboli
memelihara energy untuk penyembuhan.
|
Sumber : Somantri, 2009
4.
Pelaksanaan
asuhan keperawatan
Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut :
a. Menstimulasi
kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah-masalah kesehatan dengan cara :
1)
Memberikan informasi.
2)
Mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
3)
Mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi
keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
1)
Mengidentifikasi
konsekuensi tidak melakukan tindakan.
2)
Mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
3)
Mendiskisikan tentang
konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan
kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
1)
Mendemonstrasikan cara
perawatan.
2)
Menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di dalam rumah.
3)
Mengawasi keluarga
dalam melakukan perawatan.
d. Membantu
keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara:
1)
Menemukan sumber-sumber
yang dapat digunakan keluarga.
2)
Melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi
keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara:
1)
Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada dilingkungan keluarga.
2)
Membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada.
5.
Tahap
Evaluasi
Sesuai
dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat
keberhasilannya, bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilkasanakan secara
bertahap sesuai waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi merupakan kegiatan
membandungkan antara hasil implementasi dengan kriteria yang telah ditetapkan
untuk melihat keberhasilannya.
Membandingkan respon keluarga dengan
kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian
tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi perlu
dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
S adalah hal-hal yang
dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan, misalnya: keluarga mengatakan nyeri berkurang.
O adalah hal-hal yang
ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan,
misalnya BB naik 1 kg daalm satu bulan.
A adalah analisa dari
hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan
diagnosis.
P adalah perencanaan
yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi.
Evaluasi
juga dapat disusun menggunakan format SOAPIER secara operasional. Format ini
digunakan jika implementasi keperawtan dan evaluasi didokumentasikan dalam satu
catatan perkembangan.
S adalah hal-hal yang
dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
O adalah hal-hal yang
ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
A adalah analisa dari
hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan
diagnosis.
P adalah perencanaan
yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga.
I adalah implementasi
dari perencanaan dengan mencatat waktu tindakan dan tindakan keperawatan.
E adalah evaluasi hasil
tindakan keperawatan yang telah dicaapi keluarga.
R adalah revisi apabila
perubahan dalam rencana keperawatan.